Mural One Piece Dibungkam, Viral Warga Sragen Balas dengan Sindiran Keras Koruptor

Tasmalinda Suara.Com
Sabtu, 09 Agustus 2025 | 20:26 WIB
Mural One Piece Dibungkam, Viral Warga Sragen Balas dengan Sindiran Keras Koruptor
mural koruptor

Tikus Berdasi: Ini adalah idiom yang sangat populer untuk menggambarkan para pejabat korup.

"Tikus" merujuk pada sifatnya yang suka menggerogoti (uang rakyat) secara sembunyi-sembunyi, sementara "dasi" melambangkan jabatan dan posisi mereka di pemerintahan atau perusahaan.

Dengan melukis "tikus berdasi", warga seolah mengirimkan pesan balasan:

"Kalian boleh hapus hiburan dan seni kami yang tidak berbahaya. Sebagai gantinya, kami akan pajang gambar yang merepresentasikan apa yang kami pikirkan tentang kekuasaan yang menindas: korup."

Lebih dari Sekadar Mural: Seni Sebagai Senjata Protes

Insiden di Sragen ini adalah contoh sempurna bagaimana seni jalanan (street art) telah berevolusi menjadi salah satu senjata paling efektif untuk kritik sosial di Indonesia.

Ketika suara di parlemen atau media massa terasa jauh, tembok jalanan menjadi parlemen rakyat.

Kasus ini mengingatkan publik pada fenomena serupa lainnya, seperti mural "Tuhan, Aku Lapar" atau "Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit" yang juga dihapus aparat karena dianggap mengkritik pemerintah.

Penghapusan mural justru seringkali menjadi "Efek Streisand"semakin dilarang, semakin viral dan pesannya semakin menyebar luas.

Baca Juga: Prabowo Gak Masalah, Khofifah Ngotot Larang Bendera One Piece Dikibarkan di Jatim, Mengapa?

Menariknya, banyak warganet yang juga mengaitkan perlawanan warga Sragen ini dengan semangat cerita One Piece itu sendiri, di mana sang tokoh utama, Monkey D. Luffy dan kawan-kawannya, selalu berjuang melawan "Pemerintah Dunia".

Perang mural di Sragen ini menjadi bukti bahwa kreativitas adalah bentuk perlawanan yang tidak bisa sepenuhnya dibungkam. Satu gambar dihapus, seribu sindiran bisa lahir sebagai gantinya.

Menurutmu, apakah aksi balasan warga Sragen dengan melukis 'tikus berdasi' adalah langkah yang tepat dan cerdas?

Ataukah ada cara lain yang lebih efektif untuk memprotes penghapusan mural? Bagikan pendapatmu di kolom komentar!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI