Kemarin Ngotot Tak Bisa Dilengserkan, Bupati Pati Sudewo Kini Minta Maaf dan Dilempari Botol

Yazir F Suara.Com
Rabu, 13 Agustus 2025 | 13:56 WIB
Kemarin Ngotot Tak Bisa Dilengserkan, Bupati Pati Sudewo Kini Minta Maaf dan Dilempari Botol
Bupati Pati Sudewo minta maaf di hadapan ribuan massa.

Suara.com - Di tengah kepungan ribuan massa yang menuntutnya mundur pada Rabu, 13 Agustus 2025, Bupati Pati Sudewo akhirnya muncul.

Sudewo keluar menemui massa dan menyampaikan permohonan maaf dari atas mobil polisi.

"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya akan berbuat lebih baik," kata Sudewo.

Saat Sudewo berbicara, situasi tak kondusif. Massa melempar botol air mineral  ke arah sang bupati.

Petugas polisi kemudian naik ke atas kendaraan tersebut untuk melindungi Sudewo.

Kontras dengan kemarin

Sikap merendah Sudewo ini kontras dengan yang terjadi sehari sebelumnya.

Sudewo menegaskan bahwa posisinya sebagai kepala daerah tidak bisa digulingkan hanya karena aksi unjuk rasa, yang ia klaim dimotori oleh segelintir orang.

Menurutnya, demonstrasi tersebut tidak mewakili suara seluruh warga Kabupaten Pati.

Baca Juga: Demo Pecat Sudewo Berakhir Ricuh, Kantor Bupati Pati Jadi Sasaran Amukan Massa

Sudewo dengan percaya diri menyatakan bahwa legitimasinya sebagai bupati didasarkan pada proses demokrasi yang sah dan konstitusional, bukan atas kehendak sekelompok massa.

Ia menolak keras upaya pelengseran yang digerakkan oleh demonstrasi.

"Saya terpilih ini konstitusional, terpilih secara demokratis ya kan. Enggak ada kecurangan apa pun. Kok mau digulingkan oleh segelintir orang," kata Selasa, 12 Agustus 2025.

Dengan memosisikan diri sebagai pemimpin seluruh masyarakat, Sudewo mengimbau agar mayoritas warga tidak ikut terprovokasi.

Ia meminta publik untuk bersama-sama menjaga stabilitas daerah yang menurutnya sedang diuji oleh kelompok kecil yang tidak puas.

"Masyarakat Pati saya minta itu tetap tenang ya ikut menjaga Kabupaten Pati ini supaya suasananya kondusif. Karena Kabupaten Pati itu milik semua warga, tidak milik segelintir orang," ujarnya.

Pemantik demonstrasi

Akar dari gelombang protes ini adalah kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang dinilai mencekik, dengan tarif meroket hingga 250 persen untuk beberapa objek pajak.

Meski pemerintah berdalih kenaikan itu adalah batas maksimal, warga tetap menganggapnya sebagai beban berat.

Namun, kemarahan publik memuncak bukan hanya karena PBB. Pernyataan Sudewo sebelumnya yang terkesan menantang warga untuk berunjuk rasa dengan puluhan ribu massa dianggap sebagai simbol arogansi.

Meskipun permintaan maaf telah disampaikan, ucapan tersebut kadung melukai hati masyarakat.

Sebagai bentuk sindiran atas tantangan itu, warga melakukan aksi simbolik unik dengan menumpuk donasi air mineral kemasan di sepanjang trotoar depan pendopo.

Aksi ini menjadi pesan bahwa mereka siap untuk bertahan dalam aksi jangka panjang. Ironisnya, di tengah massa yang berapi-api, sang orator justru menyerukan pesan damai yang ditujukan untuk sang bupati.

"Tunjukkan bahwa warga Pati itu santun dan berakhlak, cinta damai dan tidak arogan," seru Syaiful Ayubi dari atas mobil komando.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI