Dilempar Sandal di Demo Rakyatnya, Bupati Pati Tolak Mundur: Saya Mohon Maaf

Tasmalinda Suara.Com
Rabu, 13 Agustus 2025 | 14:44 WIB
Dilempar Sandal di Demo Rakyatnya, Bupati Pati Tolak Mundur: Saya Mohon Maaf
bupati Pati Sudewo, S.T., M.T dilempar batu

Suara.com - Tekanan politik terhadap Bupati Pati, Sudewo, mencapai puncaknya.

Setelah dihujani lemparan botol air mineral dan sandal, saat menghadapi demonstran, tuntutan massa kini semakin tajam yakni mendesaknya untuk mundur dari kursi bupati.

Menghadapi gelombang kemarahan publik, Sudewo akhirnya angkat bicara dengan sebuah pernyataan yang penuh nuansa politis.

Ia melontarkan permintaan maaf kepada warganya sebagai isyarat ia menolak mentah-mentah untuk meletakkan jabatannya.

Permintaan maaf bisa diartikan sebagai sebuah pengakuan kesalahan atas kebijakan, melainkan sebuah penyesalan karena belum mampu mengakomodasi seluruh keinginan masyarakat Pati.

"Saya sebagai kepala daerah mohon maaf yang sebesar-besarnya karena belum bisa memenuhi semua keinginan masyarakat Kabupaten Pati," ujar Sudewo di hadapan massa aksi, Rabu (13/8/2025).

Kalimat tersebut diucapkannya sebagai respons langsung atas tuntutan mundur yang diteriakkan oleh ribuan massa dari aliansi masyarakat yang mendemonya.

Bagi Sudewo, jabatan yang diembannya saat ini adalah amanah yang diperoleh melalui proses demokrasi yang sah dan harus dijalankan hingga tuntas.

Ia menegaskan bahwa mundur dari jabatan bukanlah pilihan karena sama saja dengan mengkhianati kepercayaan rakyat yang telah memilihnya.

Baca Juga: Detik-detik Kapolsek Pati Kota Dikeroyok Massa, Kepala Bocor Dihantam Benda Tumpul saat Demo Ricuh

"Tuntutan mundur saya kira tidak (akan dipenuhi), karena saya dipilih oleh masyarakat Pati. Saya punya tanggung jawab untuk melaksanakan program-program demi masyarakat Pati," tegasnya.

Tuntutan mundur ini merupakan eskalasi dramatis dari konflik rencana kenaikan pajak di daerah tersebut.

Kemarahan warga memuncak dalam aksi unjuk rasa besar-besaran yang berujung ricuh. Insiden pelemparan sandal menjadi simbol betapa dalamnya rasa frustrasi dan ketidakpercayaan publik terhadap pemimpin mereka.

Aksi ini berhasil memaksa bupati untuk tidak hanya merespons, tetapi juga memikirkan ulang langkahnya.

Namun, bola kini semakin panas.

Warga yang tadinya hanya menuntut pembatalan kenaikan pajak, kini telah menaikkan taruhannya dengan meminta kepala daerahnya lengser.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI