Mantan WNI Bongkar 'Jebakan' Imigrasi Indonesia, Sebut Orang Asing Dipalak Rp 30 Juta

Yazir F Suara.Com
Kamis, 14 Agustus 2025 | 17:21 WIB
Mantan WNI Bongkar 'Jebakan' Imigrasi Indonesia, Sebut Orang Asing Dipalak Rp 30 Juta
Viral Mantan WNI Bongkar Jebakan Imigrasi Indonesia (TikTok/@yully_WOWibuy)

Suara.com - Kementerian Imigrasi kembali menjadi sorotan setelah wanita bernama Yully melalui akun TikTok @yully_WOWibuy menceritakan pengalaman kurang menyenangkan.

Pada 7 Agustus 2025 lalu, Yully yang menggelar pameran di Jakarta harus berurusan dengan pihak imigrasi lantaran visanya bermasalah.

Yully mengaku datang dengan visa B1 yang mencantumkan 'exhibitions' atau pameran sebagai salah satu kegiatan yang boleh dilakukannya saat berada di Indonesia.

Visa B1 di laman imigrasi tertulis untuk bepergian, mengunjungi keluarga atau teman, menghadiri rapat, insentif, konvensi, pameran, seminar, atau acara serupa, atau transit di Indonesia untuk pergi ke negara lain.

Namun di hari kedua pameran, Yully dan kawan-kawan dari Taiwan didatangi petugas imigrasi yang mengecek paspor mereka.

Yully dan kawan-kawan dinyatakan melanggar peraturan karena menggunakan visa B1 yang rupanya untuk mengunjungi pameran, bukan menjadi peserta.

"Petugas di sana langsung menyatakan bahwa kami melanggar peraturan dan paspor kami langsung disita," cerita Yully dalam video yang sedang viral di TikTok dan X.

Yully dan kawan-kawan langsung mengurus paspor mereka yang ditahan pada Sabtu karena harus pulang di hari Minggu.

Baca Juga: Pakar Hukum Tegaskan Pentingnya Dirjen Imigrasi dari Jalur Karir

"Pas kami tiba, wow, rame banget. Banyak sekali paspor orang luar negeri yang ditahan oleh imigrasi Indonesia," bebernya.

Ramainya orang luar negeri yang bermasalah membuat interview Yully baru berlangsung pada pukul 8 malam.

"Saat interview, kami ditanyain alasan kami ke Indonesia, kemudian memberitahukan kepada kami bahwa visa kami salah," tutur Yully.

"Kami tidak boleh menggunakan B1 karena B1 adalah mengunjungi pameran, bukan mengikuti pameran," sambungnya.

Sebagai mantan Warga Negara Indonesia (WNI), Yully mengaku malu lantaran banyak orang luar negeri sudah sering mengalami hal ini.

Warga negara lain seperti Tiongkok, Korea, dan Thailand pun seolah sudah paham mereka harus membayar agar paspor mereka segera dikembalikan.

"Semua mendekati saya dan menanyakan berapa harga yang dinegokan kepada kamu?" beber Yully.

"Ternyata negara Indonesia di penglihatan orang luar negeri (kayak gitu)," imbuhnya.

Yully nyatanya masih harus menunggu sampai hari Senin untuk mendapatkan paspornya kembali, padahal tiket pesawatnya terjadwal pada Minggu.

Akibat dari penyitaan paspor, booth pameran dari Taiwan yang diikuti Yully langsung kosong pada Minggu yang merupakan hari terakhir.

Nego mendapatkan paspor berlangsung sulit hingga Yully akhirnya berhasil pulang setelah ditolong 'orang baik'.

"Pertanyaan saya, begitu banyak orang yang ditahan paspornya. Apakah penjelasan di website itu sengaja diburamkan agar banyak yang bisa ditahan?" tanya Yully.

"Negara begini apakah bisa maju? Dan kabarnya ini bukan pertama kali. Ini sudah sering terjadi. Apakah jebakan ini untuk orang asing?" tandasnya.

Di konten selanjutnya, Yully mengakui kesalahannya meng-apply visa B1 yang seharusnya C11 apabila mengikuti pameran.

Yully pun mengaku mendapat arahan dari penyelenggara pameran untuk menggunakan visa B1.

Yully,hanya menyayangkan Kementerian Imigrasi Indonesia seolah memanfaatkan ketidakpahaman orang asing dengan menuliskan peraturan visa yang ambigu.

Yully juga mengungkap orang asing harus membayar dua ribu USD atau sekitar Rp30 juta per orang yang bisa dinego menjadi Rp25 juta.

Bukan biaya legal, Yully memastikan biaya tersebut 'under table' agar orang asing yang salah meng-apply visa dapat segera mendapatkan lagi paspornya.

Menanggapi cerita Yully, akun TikTok Direktorat Jenderal Imigrasi tampak berkomentar di konten yang telah ditonton nyaris 500 ribu kali itu.

"Kami ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang dialami oleh Ibu Yully dan rekan atas adanya kemungkinan kesalahpahaman yang terjadi terkait informasi yang tercantum pada situs web resmi kami," komentar mereka.

Kendati begitu, Direktorat Jenderal Imigrasi menegaskan selalu mengedepankan prinsip keamanan dan kenyamanan dalam menjalankan aturan.

"Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan, kami sangat menghargai jika Ibu Yully dan rekan dapat menyampaikannya kepada kami, untuk selanjutnya kami tindak lanjuti," pungkas mereka.

Warganet pun pro kontra. Yang pro menyoroti dugaan pungli di imigrasi, sementara yang kontra menilai Yully memang salah meng-apply visa.

Bagaimana pendapatmu?

Kontributor : Neressa Prahastiwi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI