Rasa gugup ini, menurut Kirdi, tidak hanya muncul saat bersanding dengan Presiden Prabowo di acara formal, tetapi juga sering terlihat ketika Gibran harus menjalankan tugas kenegaraan seorang diri, misalnya saat melakukan kunjungan kerja ke daerah.
Ini menunjukkan adanya kontras menarik: di satu sisi, Gibran mulai berani memainkan simbol-simbol politik tingkat tinggi, namun di sisi lain, ia masih dalam proses mematangkan diri untuk benar-benar mengisi peran sebagai orang nomor dua di republik.
"Jadi tidak harus selalu disandingkan dengan Pak Prabowo, apalagi disandingkan dengan Pak Prabowo dalam acara kenegaraan, dimana hampir seluruh pejabat tinggi negara...hadir di situ," pungkas Kirdi.