Suara.com - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengatakan bahwa usulan pemakzulan untuk Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka bukanlah hal yang semata – mata untuk menghabisi.
Menurut Refly, Putra sulung Jokowi tersebut tidak memiliki karier politik, pasalnya sang ayah sudah lengser dari jabatannya menjadi Presiden ke -7 RI.
“Orang seperti Gibran ini sebenarnya tidak punya karier politik,” ujar Refly, dikutip dari youtubenya, Sabtu (16/8/25).
“Karier politiknya itu hanya ketika Jokowi dan mafia berkuasa. Tapi kalau seandainya dia tidak diambil Prabowo Subianto sebagai wakil presiden, selesai sudah,” imbuhnya.
Refly mengatakan bahwa menjadi orang nomor 2 di Indonesia, tidak bisa hanya bermodalkan uang saja, melainkan juga harus menunjukkan kemampuannya.
“Tapi bagaimana kalau dia (Gibran) banyak uangnya?,” ucap Refly.
“Begini bro, banyak uangnya boleh, tapi anda harus menunjukkan kemampuan yang memang mumpuni untuk menjadi calon wakil presiden,” tambahnya.
Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Gibran itu, Refly menyebut bahwa Gibran belum pantas menjadi pemimpin Indonesia ke depan.
Pasalnya, menurut Refly untuk menjadi seorang pemimpin tidak bisa jika hanya bergantung pada kekuasaan ayahnya saja.
Baca Juga: Panggung Istana 17 Agustus: Akankah Reuni Megawati SBY Jokowi Terwujud?
“Bukan menghabisi sebenarnya kurang tepat. Orang ini (Gibran) memang belum pantas atau bahkan tidak pantas untuk menjadi pemimpin Indonesia ke depan,” ucap Refly.
“Pemimpin itu harus orang yang genuine, bukan orang yang bergantung. Kalau anda jadi wali kota kemudian bapak ada jadi presiden, ya maka mudah sekali memimpin. Banyak sekali program – program Kementerian yang tiba – tiba mengalirnya ke Solo, haha,” tambahnya.
Refly sontak membanding – bandingkan wakil presiden Indonesia yang sudah lengser dengan Gibran.
Dari semua yang disebutkan, Mulai dari Mohammad Hatta hingga BJ. Habibie, menurut Refly gradenya tidak sebanding dengan Gibran, bahkan bisa dikatakan jauh diatas Gibran.
“Jauh sekali standarnya, kita pernah punya wakil presiden Moh Hatta lulusan Belanda, era pasca Orde Baru kita punya hamengku Buwono, kita punya Adam Malik, kita punya Wira, ada Sudarmono, Try Sutrisno, Habibie, ini semua orang – orang punya grade,” urainya.
Sementara itu soal Gibran yang disebut tidak diberi peran signifikan oleh Presiden Prabowo Subianto, Relfy menyebut bahwa itu bukan berarti Prabowo raja tega.