Banyak yang membela dengan argumen bahwa ibu-ibu tersebut hanya ingin membawa pulang sedikit kenang-kenangan dari momen langka bisa masuk ke Istana Negara.
Komentar seperti "Namanya juga emak-emak, ada yang gratis langsung sikat" atau "Biarin, itung-itung suvenir dari Pak Presiden" ramai dituliskan, menganggapnya sebagai kelakuan khas masyarakat Indonesia yang unik dan apa adanya.
Fenomena ini, terlepas dari pro dan kontranya, menyoroti sebuah realitas sosial yang menarik.
Bagi sebagian masyarakat, terutama dari generasi yang lebih tua, membawa pulang sesuatu dari sebuah acara besar, entah itu makanan dari hajatan atau bunga dari sebuah dekorasi adalah hal yang wajar dan menjadi bagian dari pengalaman.
Aksi ini bisa jadi didasari oleh keinginan sederhana untuk memiliki bukti fisik bahwa mereka pernah menjadi bagian dari sebuah peristiwa bersejarah di tempat yang sangat istimewa.
Peristiwa ini menjadi bahan diskusi yang menarik tentang batasan antara antusiasme, etiket publik, dan budaya.
Peristiwa ini menjadi cerminan kecil dari keragaman cara pandang masyarakat Indonesia dalam menyikapi ruang publik dan acara kenegaraan, sebuah potret unik di balik kemegahan perayaan HUT RI.