Cinta Ditolak, Bocah SD Pukuli Adik Cewek Incarannya hingga Gegar Otak

Bernadette Sariyem Suara.Com
Senin, 18 Agustus 2025 | 15:00 WIB
Cinta Ditolak, Bocah SD Pukuli Adik Cewek Incarannya hingga Gegar Otak
IIAI alias Ijul, bocah SD berusia 10 tahun di Malaysia dan juga penderita kanker, masuk rumah sakit akibat dianiaya anak berumur 12 tahun. Pelaku memukuli Ijul karena cintanya ditolak kakak Ijul. [Malaysia Gazette]
Baca Cepat : 
  • Pelaku masih berusia 12 tahun, cintanya ditolak oleh cewek teman sekelas
  • Tidak terima, pelaku aniaya adik cewek itu hingga gegar otak
  • Korban adalah penyintas kanker hidung

Suara.com - Kisah tragis datang dari dunia pendidikan di Malaysia, di mana penolakan cinta berujung pada kekerasan brutal yang menimpa seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun.

Ironisnya, korban adalah seorang penyintas kanker yang kini harus berjuang melawan cedera otak serius, akibat perundungan yang dilakukan oleh seorang siswa berusia 12 tahun.

Peristiwa memilukan ini menimpa IIAI alias Ijul.

Menurut penuturan ibunya, Siti Suhana Misdi (39), insiden pertama terjadi pada 21 Februari lalu sekitar pukul 5 sore di sebuah sekolah agama.

Pelakunya adalah siswa laki-laki berusia 12 tahun, yang diduga menaruh hati pada kakak perempuan Ijul.

Namun, cintanya yang ditolak memicu amarah yang dilampiaskan kepada sang adik.

“Anak saya dipukul murid lelaki berusia 12 tahun termasuk ditendang, dipukul kepala bagian kiri dan kanan serta dipaksa telanjang,” ungkap Siti Suhana dikutip dari Malaysia Gazette, Senin (18/8/2025).

Ia menjelaskan motif di balik serangan brutal tersebut.

“Murid berusia 12 tahun itu berbuat demikian karena cintanya ditolak oleh anak perempuan saya, kakak korban," kata dia.

Baca Juga: Ramadhan Sananta Bikin Merinding Legenda Timnas Malaysia, Kenapa?

Kondisi Ijul yang merupakan pasien kanker hidung jenis Adenoid Cystic Carcinoma (ACC) membuat dampak pemukulan tersebut menjadi jauh lebih parah.

Siti Suhana mengatakan, setelah kejadian itu, putranya yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara itu harus dilarikan ke rumah sakit.

Itu lantaran sang putra terus-menerus mengeluh sakit kepala hingga tubuhnya melemah.

Ijul Islam dirawat di sebuah rumah sakit swasta mulai 12 Maret hingga 26 Maret.

Hasil pemeriksaan medis sangat mengejutkan.

"Dia dipastikan mengalami gegar otak, dan saya baru diberitahu tentang kejadian itu oleh putri saya pada 24 Maret. Putri saya menceritakan kejadian yang sebenarnya karena dia khawatir dengan kondisi kakaknya," kata Siti Suhana.

Kecewa Atas Penanganan Kasus

Berbekal pengakuan putrinya dan kondisi Ijul yang memprihatinkan, Siti Suhana segera membuat laporan di Kantor Polisi Taman Universiti pada 26 Maret.

Namun, respons yang didapat justru membuatnya kecewa berat. Ia mendapat informasi bahwa kasus tersebut dianggap tidak sesuai untuk dibuka kertas penyelidikan.

"Meskipun anak saya mengalami gegar otak dan menyebabkan keluarga kami menghadapi berbagai kesulitan, pelaku tidak diproses secara hukum dengan alasan ia masih di bawah umur dan mungkin telah bertindak dengan pikiran yang tidak rasional," keluhnya.

Satu-satunya tindak lanjut yang dilakukan hanyalah pertemuan antara kedua keluarga.

Rasa ketidakadilan begitu mendalam dirasakan Siti Suhana. Dampak jangka panjang pada putranya sangat signifikan.

"Sampai saat ini saya belum puas karena dampaknya terhadap anak saya sangat besar. Dia mengalami gegar otak hingga tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran atau berolahraga," jelasnya.

Menurut keterangan dokter, proses penyembuhan Ijul bisa memakan waktu hingga tiga tahun dan ia harus bergantung pada obat-obatan.

Dokter mengatakan masa penyembuhannya bisa memakan waktu hingga tiga tahun dan akan bergantung pada pengobatan. Dokter mengatakan anak tersebut berisiko kejang jika terjatuh atau pingsan, tambahnya.

Perundungan Terulang Kembali

Penderitaan Ijul ternyata belum berakhir. Pada 7 Agustus lalu, sekitar pukul 10 pagi, ia kembali menjadi korban perundungan untuk kedua kalinya, kali ini di sebuah sekolah kebangsaan di Skudai dengan pelaku yang berbeda.

Akibatnya, ia kembali harus dilarikan ke rumah sakit.

Siti Suhana pun kembali melaporkan kejadian ini pada 15 Agustus, berharap anaknya tidak terus menjadi sasaran empuk yang dapat mengancam nyawanya.

"Anak saya mengeluh bahwa pelaku lain memukul kepalanya dengan tangannya saat ia bersekolah di sekolah nasional. Saya tidak yakin mengapa anak saya menjadi korban dan apakah ia dianggap lemah karena sakit dan diperlakukan seperti itu," ujarnya sedih.

Ia menambahkan bahwa kondisi kanker hidung putranya sebenarnya sudah membaik.

"Dia terserang kanker hidung dua tahun lalu. Alhamdulillah, kondisinya sudah pulih 80 persen dan hanya mengalami gejala ringan setelah mendapatkan perawatan yang tepat," ujarnya.

Kasus ini akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah setempat.

Ketua Komite Pendidikan dan Penerangan Negara Bagian Johor, Aznan Tamin, mengonfirmasi bahwa pengaduan dari Siti Suhana sedang ditindaklanjuti oleh pihaknya dan Departemen Pendidikan Negeri (JPN) Johor.

"Kemarin siswa dan keluarganya dikunjungi untuk tindakan lebih lanjut," kata Aznan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI