Suara.com - Kisah tragis menimpa Raya, seorang balita berusia tiga tahun dari Desa Cinaga, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ia meninggal dunia pada 22 Juli 2025 setelah berjuang melawan penyakit cacingan akut.
Kasus pilu ini mencuat ke publik setelah viralnya video yang diunggah oleh sebuah organisasi kemanusiaan bernama Rumah Teduh.
Video tersebut menampilkan perjuangan Raya saat dirawat di RSUD Kota Sukabumi, namun juga mengungkap rumitnya birokrasi dan hambatan finansial yang dihadapi keluarganya.
Orang tua Raya, yang diketahui memiliki keterbelakangan mental, tidak mampu menanggung biaya perawatan. Oleh karena itu, Rumah Teduh berinisiatif membawa Raya ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.
Namun, kendala besar langsung muncul: Raya tidak memiliki Kartu Keluarga (KK), yang secara otomatis membuatnya tidak terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, baik yang mandiri maupun yang disubsidi pemerintah.
Rumitnya Birokrasi BPJS dan Keterbatasan Waktu
Pihak Rumah Teduh berupaya keras mengurus administrasi BPJS bagi Raya, tetapi rumah sakit hanya memberikan batas waktu 3x24 jam sejak Raya pertama kali dirawat.
Jika melewati batas waktu tersebut, status Raya akan berubah menjadi pasien umum dengan biaya perawatan pribadi.
Upaya relawan pun menghadapi birokrasi yang berbelit-belit. Mereka harus 'dioper' dari satu dinas ke dinas lain, mulai dari Dinas Sosial Kota Sukabumi, lalu ke Dinas Sosial Kabupaten, hingga akhirnya diarahkan ke Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (Limjansos).
Baca Juga: Tali Bendera Putus Semua Panik, Viral Aksi Bocah SD Panjat Tiang Demi Merah Putih
Meskipun berpacu dengan waktu yang sangat terbatas, hasil yang didapat sungguh mengecewakan. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi menyatakan tidak memiliki anggaran untuk membantu subsidi BPJS Kesehatan bagi Raya.
Solusi yang diberikan justru meminta agar Raya dipindahkan ke rumah sakit lain di Kabupaten Jampang, meskipun ia sudah dalam kondisi koma.
Pada batas akhir pengurusan administrasi, biaya perawatan Raya sudah mencapai lebih dari Rp11 juta. Seluruh biaya ini akhirnya ditanggung oleh Rumah Teduh.
Meskipun demikian, perjuangan Raya harus berakhir. Ia meninggal pada 22 Juli 2025. Yang lebih memilukan, pihak Rumah Teduh masih harus melunasi tagihan rumah sakit yang membengkak hingga lebih dari Rp23 juta.
Gaya Hidup dan Lingkungan yang Memperburuk Kondisi Raya
Kepala Desa Cinaga, Wardi Sutandi, membenarkan bahwa Raya adalah warganya. Ia mengungkapkan bahwa kondisi Raya diperburuk oleh minimnya pengawasan dari orang tua.