CEK FAKTA: Benarkah HIV Tidak Berbahaya dan ARV Hanya Propaganda?

Riki Chandra Suara.Com
Kamis, 21 Agustus 2025 | 08:22 WIB
CEK FAKTA: Benarkah HIV Tidak Berbahaya dan ARV Hanya Propaganda?
Ilustrasi HIV. [Dok. Suara.com]

Suara.com - Klaim HIV penyakit yang tidak berbahaya beredar di media sosial. Bahkan, narasi itu menerangkan bahwa mempercayai bahaya HIV adalah sebuah kebodohan.

Narasi tersebut diunggah akun Facebook bernama “Pakdhe Indro” pada Minggu (24/7/2025). Dia menyebut HIV tidak berbahaya dan pengobatan antiretroviral (ARV) hanyalah propaganda.

Berikut narasi yang beredar:

“KEBODOHAN HIV

Kenapa disebut bodoh?

Karena percaya hal yg tidak masuk akal. Jika memang HIV BERBAHAYA, maka semua manusia yg terinfeksi Lentivirus Retroviridae pada sel CD4 akan mati dalam 2 minggu, dengan gejala demam & keluar keringat darah... Hanya para manusia bodoh yg secara sukarela PATUH pada PROPAGANDA DAGANG ARV.”

Lantas, benarkah HIV tidak berbahaya?

Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) melakukan pemeriksaan fakta dengan memasukkan kata kunci “HIV tidak berbahaya karena virus tidak bisa bertahan 12 tahun tanpa gejala” ke Google. Hasilnya, berbagai artikel medis justru membantah klaim tersebut.

Hoaks HIV tidak berbahaya. [Dok. Istimewa]
Hoaks HIV tidak berbahaya. [Dok. Istimewa]

Sumber resmi seperti alodokter.com, WHO, dan UNAIDS menjelaskan bahwa HIV merupakan virus yang berkembang lambat. Setelah masuk ke dalam sel CD4, virus bisa berada dalam fase laten hingga bertahun-tahun sambil merusak sistem imun secara perlahan.

Pada fase awal, penderita HIV biasanya mengalami gejala ringan seperti demam, ruam, dan sakit tenggorokan dalam 2–6 minggu.

Setelah itu, penderita memasuki fase tanpa gejala yang bisa berlangsung 8–10 tahun. Namun tanpa terapi ARV, penderita akan masuk fase AIDS dengan penurunan sistem imun parah.

Selain HIV, sejumlah virus lain seperti herpes simplex, varicella zoster, hepatitis B, hepatitis C, dan HPV juga bisa bertahan bertahun-tahun dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala.

Fakta ini dibuktikan oleh berbagai penelitian di jurnal ilmiah internasional, termasuk Journal of Virology dan Clinics in Liver Disease.

Penelusuran lebih lanjut dengan kata kunci “manfaat ARV” menunjukkan bahwa terapi ini terbukti menekan jumlah virus, menjaga sistem imun tetap kuat, menurunkan risiko penularan hingga nol, serta meningkatkan harapan hidup penderita HIV. Hal ini ditegaskan oleh WHO dan UNAIDS dalam publikasi terbaru mereka.

Kesimpulan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI