Rasa bangga yang pernah membuncah itu, menurut pengakuannya, telah sirna, berganti menjadi sebuah kekecewaan yang sama dalamnya.
Perubahan karakter yang ia rasakan menjadi salah satu pemicunya.
“Sekarang tidak lagi, haha,” tambahnya singkat.
Transformasi perasaan dari cinta menjadi benci ini ia gambarkan sebagai sebuah konsekuensi logis dari ekspektasi yang pernah begitu tinggi.
“Jadi sekarang kalau gue benci mati lu jangan heran.
Biasanya orang bisa benci mati itu karena kan pernah cinta mati,” imbuhnya.
Kini, sisa-sisa kekecewaan itu seolah ia proyeksikan sebagai harapan dan nasihat bagi presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Ia berharap kepemimpinan baru dapat belajar dari masa lalu dan berani melepaskan beban yang dapat menghalangi terwujudnya kedaulatan bangsa.
“Harapan buat Pak Prabowo, Pak Prabowo itu punya kesempatan emas untuk membuktikan Indonesia itu menjadi negara yang betul–betul berdaulat dan Merdeka,” ucap Connie.
Baca Juga: Prabowo Beri Hormat kepada Guru Sekolah Rakyat, 'Saya Bangga dengan Kalian Semua!'
“Tapi tolong tinggalkan apapun beban termasuk orang terdekat atau teman kerjaan terdekat, yang mungkin akan membebankan, itu aja,” sambungnya.
Kontributor : Kanita