Suara.com - Di antara banyak nama yang menerima Tanda Kehormatan dari Presiden Prabowo Subianto, ada satu yang paling menuai sorotan yakni sosok Hashim Djojohadikusumo.
Penganugerahan Bintang Mahaputera Utama kepada adik kandung presiden ini sontak menjadi pembahasan publik, apalagi mengenai isu nepotisme di awal masa pemerintahan.
Namun, di luar statusnya sebagai "adik presiden", siapa sebenarnya sosok Hashim? Ia bukanlah figur biasa.
Jauh sebelum kakaknya menjadi orang nomor satu di Indonesia, Hashim telah lama menjadi salah satu "kingmaker" paling berpengaruh dan "sultan" di balik layar yang mendanai mesin politik Prabowo.
Inilah profil mendalam dari salah satu orang paling berkuasa di Indonesia saat ini.
![Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hasyim Djojohadikusumo berboncang dengan Ferdinand Hutahaean dalam agenda HUT Gerindra pada Senin (6/2/2023). [Suara.com/Bagaskara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/02/06/71159-wakil-ketua-dewan-pembina-gerindra-hasyim-djojohadikusumo-berboncang-dengan-ferdinand-hutahaean.jpg)
Bukan Sekadar 'Adik Presiden': Sang Taipan & Filantropis
Jauh dari bayang-bayang kakaknya, Hashim adalah seorang pengusaha alias taipan ulung dengan gurita bisnis yang menggurita di berbagai sektor.
Melalui Arsari Group miliknya, ia mengendalikan kerajaan bisnis yang mencakup energi dan pertambangan dari batu bara hingga minyak dan gas.
Lalu Hasyim juga bergerak di bisnis agrobisnis yakni perkebunan kelapa sawit dan kehutanan.
Baca Juga: Alasan Pengusaha Haji Isam Raih Bintang Mahaputera dari Prabowo
Ia juga memiliki bisnis pertahanan, melalui perusahaan yang bergerak di industri strategis.
Meski demikian, Hasyim juga dikenal sebagai seorang filantropis yang mendanai berbagai program pelestarian satwa langka seperti badak dan harimau.
Kekayaan dan pengaruhnya yang masif inilah yang memberinya sumber daya tak terbatas untuk terjun ke panggung politik.
'Kingmaker' di Balik Layar: Otak Finansial di Tiga Pilpres
Peran Hashim dalam karier politik Prabowo tidak bisa diremehkan. Ia adalah otak finansial dan salah satu pendiri Partai Gerindra.
Selama tiga kali perhelatan pilpres setidaknya di 2014, 2019, dan 2024, Hashim adalah penyokong dana utama di balik kampanye-kampanye akbar Prabowo.
Ia tidak hanya memberikan uang, tetapi juga menjadi penasihat strategis dan negosiator ulung di balik layar.
Tanpa dukungan finansial dan jaringan bisnisnya, perjalanan politik Prabowo menuju Istana mungkin tidak akan semulus ini. Perannya sebagai "kingmaker" adalah rahasia umum di kalangan elite politik.

Bintang Mahaputera Utama: Prestasi atau Ganjaran Politik?
Penganugerahan Bintang Mahaputera Utama adalah salah satu tanda kehormatan sipil tertinggi di Indonesia, diberikan kepada mereka yang dinilai memiliki "jasa luar biasa terhadap negara dan bangsa". Di sinilah perdebatan muncul.
Pihak Istana berargumen bahwa penghargaan ini diberikan atas dasar jasa-jasa Hashim di bidang bisnis, investasi, dan filantropi yang dianggap telah berkontribusi bagi negara.
Sementara publik juga mengkritik penghargaan sebagai ganjaran politik sekaligus praktik nepotisme.
Mereka berpendapat, memberikan penghargaan setinggi itu kepada adik kandung sendiri di awal masa jabatan adalah tindakan yang tidak peka dan menciptakan preseden buruk.
Publik di media sosial terbelah.
Sebagian membela dengan argumen bahwa Hashim memang seorang pengusaha sukses yang layak dihargai.
Namun, lebih banyak yang sinis, menyebut ini sebagai "pesta keluarga" dan mempertanyakan objektivitas dari penganugerahan tersebut.
Pada akhirnya, penganugerahan Bintang Mahaputera Utama ini semakin mengukuhkan posisi Hashim Djojohadikusumo.
Ia bukan lagi sekadar "kingmaker" di balik layar; kini ia adalah figur yang secara resmi diakui dan dilegitimasi oleh negara—melalui tangan kakaknya sendiri.
Menurut Anda, apakah pemberian bintang jasa ini wajar sebagai penghargaan atas kontribusi bisnisnya, atau murni nepotisme?
Bagikan analisis Anda di kolom komentar.