Selama enam tahun, ia mengidap penyakit paru-paru, tapi tak punya cukup biaya untuk berobat.
Pada 26 September 1987, setelah pulang melatih PSM dalam kondisi hujan-hujanan, penyakitnya kambuh.
Ia lalu wafat di rumah sederhana yang ia tinggali bersama anak dan cucunya, 19 orang dalam satu atap.
Di Makassar, jenazah Ramang dimakamkan di TPU Panaikang.
Walau telah tiada, warisannya tetap hidup. Sebuah patung dirinya pernah berdiri di Lapangan Karebosi, lalu dipindahkan ke kawasan Pantai Losari, dekat Masjid Amirul Mukminin. Sosok itu kini menjadi ikon kota.
Kini, 38 tahun setelah kepergiannya, nama Ramang tetap harum. FIFA menuliskannya sebagai bukti bahwa bakat besar bisa muncul dari mana saja, bahkan dari tukang becak yang hanya sekolah sampai SD.
"Ramang adalah pesepak bola hebat yang pernah ada, berasal dari Makassar, Indonesia. Mungkin suatu saat akan muncul Ramang yang lain," tulis FIFA.
Kemarin, Presiden Republik Indonesia menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Jasa kepada Ramang.
Sebuah pengakuan negara yang mungkin datang terlambat, tapi jadi pengingat bahwa Indonesia pernah memiliki seorang "kurcaci yang mampu menaklukkan raksasa".
Baca Juga: Crazy Rich Kalimantan Dapat Bintang Kehormatan dari Presiden, Haji Isam Jasanya Apa?
Kontributor : Lorensia Clara Tambing