Pengamat Ingatkan Kekuatan Jari Gen Z di Medsos Jadi Ancaman Baru, Pemerintah Harus Waspada

Kamis, 28 Agustus 2025 | 10:11 WIB
Pengamat Ingatkan Kekuatan Jari Gen Z di Medsos Jadi Ancaman Baru, Pemerintah Harus Waspada
Ilustrasi demo mahasiswa. [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Gelombang aksi protes mahasiswa yang kembali memanas di berbagai daerah menjadi sorotan tajam pengamat politik sekaligus Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun.

Ia mengidentifikasi adanya pergeseran fundamental dalam pola gerakan, di mana Generasi Z (Gen Z) dan bahkan Generasi Alpha kini menjadi motor penggerak utama dengan media sosial sebagai senjata andalan mereka.

Menurut Ubedilah, kekuatan jari-jemari generasi muda di platform digital ini menciptakan sebuah dinamika baru yang berpotensi menjadi tantangan serius dan ancaman yang harus diwaspadai oleh pemerintah saat ini.

Dalam analisisnya di Podcast Forum Keadilan TV, Ubedilah menjelaskan bahwa demonstrasi yang bermunculan bukanlah gerakan yang terorganisir secara masif sejak awal, melainkan reaksi spontan.

Pemicu utamanya adalah persepsi publik terhadap arogansi dan praktik korupsi para elite politik, terutama terkait pembahasan tunjangan di tengah minimnya akuntabilitas mereka kepada rakyat.

Namun, yang membedakan gelombang protes kali ini adalah kecepatan mobilisasi yang dimotori oleh generasi yang lahir dan besar di era digital.

"Generasi ini sangat melek media sosial," ujar Ubedilah dikutip pada Kamis (28/8/2025).

Ia menyoroti bagaimana anak-anak muda ini mampu bereaksi dengan sangat cepat terhadap isu-isu politik yang viral di linimasa mereka.

Fenomena ini, menurutnya, menciptakan sebuah kekuatan baru. Meskipun pemahaman awal mereka terhadap substansi masalah mungkin belum mendalam, kecepatan mereka dalam merespons dan menyebarkan informasi mampu menggalang massa dalam waktu singkat.

Baca Juga: Klik Link Ini Sekarang, Ratusan Ribu Saldo DANA Kaget Siap Diklaim Hari Ini

"Para pemuda ini cepat bereaksi terhadap isu-isu politik yang mereka temui secara online, bahkan jika pemahaman mereka terhadap masalah tersebut belum mendalam," tambah Ubedilah, menggarisbawahi karakteristik utama aktivisme gaya baru ini.

Ubedilah memandang gerakan ini sebagai kelanjutan dari warisan aktivisme mahasiswa di masa lalu, namun dengan pendekatan yang lebih kritis dan metode yang jauh lebih modern.

Aksi mereka mencerminkan akumulasi kemarahan publik yang lebih luas, yang dipicu oleh isu korupsi yang merajalela, kemunduran demokrasi, serta ketidaksetaraan ekonomi yang semakin terasa.

Baginya, pemerintah tidak bisa lagi memandang sebelah mata aksi-aksi ini sebagai sekadar riak kecil.

"Pemerintah perlu menyadari bahwa aksi protes ini adalah respons terhadap kegagalan mereka dalam mengatasi kekhawatiran publik," tegasnya.

Lebih jauh, Ubedilah Badrun memproyeksikan bahwa gerakan mahasiswa ini berpotensi menjadi tantangan yang semakin besar bagi stabilitas pemerintah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?