Suara.com - Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Pemerintah Provinsi Bali meresmikan empat instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di tiga desa dengan total kapasitas 15,37 kWp. Peresmian dilakukan Rabu (27/8) di Desa Banjarasem, Kabupaten Buleleng, sebagai bagian dari inisiatif Desa Berbasis Energi Terbarukan dalam kerangka Bali Net Zero Emission 2045.
Empat instalasi yang dibangun tersebar di tiga kabupaten. Di Desa Banjarasem, Kabupaten Buleleng, PLTS berkapasitas 3,48 kWp dengan baterai 4,8 kWh dipasang di Kantor Perbekel.
Kapasitas yang sama juga digunakan untuk pompa air di Desa Baturinggit, Karangasem. Sementara di Desa Batununggul, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, dua instalasi dipasang: PLTS 5,95 kWp dengan baterai 4,8 kWh di Kantor Camat, serta PLTS 2,46 kWp dengan baterai 5,12 kWh di SD Negeri 1 Batununggul.

Menurut analisis IESR, Bali memiliki potensi energi surya hingga 22 GW. Namun, pemanfaatannya masih kurang dari 1%. Pemanfaatan energi surya di tingkat desa dipandang sebagai langkah awal menuju kemandirian energi sekaligus pemberdayaan masyarakat dalam transisi energi.
Chief Executive Officer IESR, Fabby Tumiwa, menjelaskan pihaknya sejak Juni 2025 mendampingi Desa Baturinggit, Banjarasem, dan Batununggul untuk mewujudkan desa berbasis energi terbarukan.
“Pemilihan desa sebagai lokasi proyek percontohan Desa Berbasis Energi Terbarukan dilakukan secara hati-hati, melalui penilaian multi-indikator yang dilakukan terhadap desa adat dan desa dinas di Bali berdasarkan masukan dari pemerintah daerah. Pemilihan ini mempertimbangkan potensi pemanfaatan energi terbarukan, kebutuhan listrik untuk pelayanan publik, manfaat ekonomi dan sosial, serta kesiapan masyarakat dalam berpartisipasi mengelola sistem energi berbasis komunitas,” kata Fabby.
Fabby menegaskan, tiga instalasi PLTS sudah beroperasi sejak Juli 2025, sementara sistem di Kantor Camat Nusa Penida akan aktif penuh September 2025. Pendanaan proyek berasal dari lembaga filantropi ViriyaENB yang mendukung inisiatif Bali NZE 2045 sejak 2023.
Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, yang hadir mewakili Gubernur Bali, menyambut baik langkah ini. Ia menekankan perlunya edukasi sederhana kepada masyarakat agar manfaat dan efisiensi PLTS semakin dipahami. “Replikasi inisiatif ini di berbagai desa di Bali sangat penting agar desa dapat berperan aktif dalam upaya mencapai Bali mandiri energi,” ujarnya.
Manfaat langsung PLTS kini mulai dirasakan warga. Di Baturinggit, pompa air desa yang menopang 150 keluarga kini beroperasi dengan energi surya dan dikelola BUMDes.
Baca Juga: BRI Liga 1: Persebaya Dinilai Mainkan Cara Terbaik saat Bekuk Bali United
Di Banjarasem, PLTS di balai desa diproyeksikan memangkas biaya listrik hingga 60%, sehingga anggaran desa bisa dialihkan untuk program produktif warga. Di Batununggul, PLTS di kantor camat dan sekolah tidak hanya mendukung pelayanan publik dan belajar mengajar, tetapi juga selaras dengan target Nusa Penida 100% energi terbarukan pada 2030.
“Energi terbarukan harus hadir dalam kehidupan masyarakat desa dan dirasakan langsung manfaatnya, bukan hanya untuk memenuhi listrik, tapi juga untuk mendukung ekonomi rakyat dan pelayanan publik yang hijau dan berkualitas. Inilah wajah nyata transisi energi yang inklusif,” kata Fabby.
IESR berharap proyek percontohan ini bisa diperluas ke desa-desa lain di Bali dengan dukungan pemerintah daerah, pusat, serta kolaborasi pendanaan dari sektor publik dan swasta.