Suara.com - Sebuah blunder verbal dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, kini menjadi senjata makan tuan yang menghantamnya dari dua arah sekaligus.
Niatnya untuk membungkam kritik dengan melabeli rakyat "tolol" justru menyulut perlawanan tak terduga dari seorang juara debat internasional dan memicu amukan massal dari netizen se-Indonesia.
Semua berawal saat Sahroni, dengan nada yang dianggap arogan, merespons seruan pembubaran DPR yang ramai di media sosial.
Namun, pernyataannya itu justru menjadi bensin yang membakar api kemarahan publik.
Di tengah kegaduhan itu, muncullah sosok Salsa Erwina, seorang perempuan berprestasi yang tidak membalas dengan cacian, melainkan dengan sebuah tamparan intelektual yang elegan.
Salsa, yang ternyata adalah mantan juara debat tingkat internasional, secara terbuka menantang Ahmad Sahroni berdebat.
Bukan soal pembubaran DPR, melainkan isu yang jauh lebih fundamental dan menyakitkan yakni kelayakan tunjangan fantastis para anggota dewan.
"Kita debat deh, apakah tunjangan DPR itu berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat atau enggak," ucap Salsa dalam video tantangannya yang viral, sebuah kalimat cerdas yang langsung menusuk ke jantung permasalahan.
Di saat bersamaan, badai hujatan dari netizen menghantam Sahroni tanpa ampun di dunia maya.
Baca Juga: Fasilitas Terdampak Demo DPR 25 Agustus Langsung Diperbaiki Pemprov, Bakal Dirusak Lagi Hari Ini?
Linimasa media sosial, dari X hingga TikTok, dibanjiri komentar pedas yang "mengingatkan" Sahroni bahwa gaji dan segala fasilitas mewah yang ia nikmati berasal dari pajak rakyat yang ia sebut "tolol".
"Baru kali ini liat ada karyawan ngatain bosnya 'tolol'. Padahal gajinya dari kita," tulis seorang netizen.
"Kena batunya kan. Lawannya bukan kaleng-kaleng, juara debat pula. Siap-siap kena skakmat," timpal yang lain.
Ahmad Sahroni kini benar-benar 'terkunci'.
Di satu sisi, ia ditunggu oleh seorang 'ratu debat' di panggung adu argumen yang sangat berisiko bagi citranya.
Di sisi lain, ia harus menghadapi pengadilan massa di dunia maya yang tak henti-hentinya "merujak" arogansinya.