Ketua PGI Kecam DPR: Jangan Pura-pura Lupa, Kemarahan Rakyat bukan Datang dari Ruang Kosong!

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 16:23 WIB
Ketua PGI Kecam DPR: Jangan Pura-pura Lupa, Kemarahan Rakyat bukan Datang dari Ruang Kosong!
Ketua PGI Kecam DPR: Jangan Pura-pura Lupa, Kemarahan Rakyat bukan Datang dari Ruang Kosong!

Suara.com - Gelombang demonstrasi di Gedung DPR RI yang hingga hari ini masih bergelora menuai sorotan. Aksi protes yang meletus sejak Senin (25/8/2025) lalu dengan tuntutan penghapusan tunjangan rumah dinas bagi anggota dewan dinilai semakin menyingkap jarak antara rakyat dan wakilnya di parlemen.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Jacklevyn Manuputty, ikut angkat suara. Ia menilai, konflik dalam aksi massa justru kerap menjadikan aparat dan masyarakat berhadap-hadapan, sementara para politisi seolah lepas dari tanggung jawab.

Diketahui, kondisi Jakarta sempat memanas imbas aksi demonstrasi di DPR RI yang berujung rusuh. Seorang driver ojol, Affan Kurniawan tewas dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob Polri saat  bentrokan antara massa dan polisi meletus di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat pada Kamis (28/8/2025) lalu. 

“Para politisi berulah, aparat dan masyarakat berhadap-hadapan lalu menjadi korban. Dan seperti biasanya, kebanyakan politisi tampil dengan cengengesan di depan kamera dan mikrofon, memberi sambutan lalu melupakan,” tegas Manuputty lewat akun media sosialnya.

Ia menekankan, sebuah bangsa tidak bisa dibangun dengan pendekatan represif terhadap suara rakyat. Menurutnya, kemarahan publik yang tersalurkan lewat aksi massa semestinya dibaca sebagai refleksi dan dorongan perubahan, bukan dianggap ancaman.

Ketua Umum PGI Pdt Jacklevyn Manuputty menanggapi demonstrasi berjilid-jilid di Gedung DPR RI yang awalnya meletus pada Senin (25/8/2025) lalu. (Tangkapan layar/Facebook)
Ketua Umum PGI Pdt Jacklevyn Manuputty menanggapi demonstrasi berjilid-jilid di Gedung DPR RI yang awalnya meletus pada Senin (25/8/2025) lalu. (Tangkapan layar/Facebook)

“Bangsa ini harus dibangun bukan dengan represi tetapi refleksi. Bukan dengan ketakutan, tetapi dengan keberanian untuk berubah. Suara rakyat bukan untuk dibungkam, tetapi untuk didengar, dipahami dan dijadikan arah,” ujarnya.

Lebih jauh, Manuputty mengingatkan para politisi agar tidak salah membaca situasi dengan menjadikan kemarahan publik sebagai sekadar alat politik. Ia menegaskan, keresahan yang muncul lahir dari akumulasi janji yang dikhianati dan kebijakan yang justru melukai rakyat.

“Semoga para politisi tidak menafsirkan kemarahan rakyat sebagai alat politik. Jangan pura-pura lupa, kemarahan rakyat bukan datang dari ruang kosong. Ia lahir dari janji-janji yang dikhianati, dari kebijakan yang menyakiti, dari kepemimpinan yang abai. Jangan mempolitisir luka yang kalian torehkan,” tegasnya.

Baca Juga: Demi Robohkan Pagar DPR, Massa Pendemo Kerahkan Mobil Tahu Bulat hingga Truk Fuso: Tarik!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?