- KPAI mengklasifikasikan kasus ibu meracuni dua anaknya lalu bunuh diri di Bandung sebagai filisida maternal
- KPAI mendesak kepolisian untuk tetap melanjutkan proses hukum
- Dugaan motif utama di balik tragedi ini adalah tekanan ekonomi
Suara.com - Tragedi memilukan yang merenggut nyawa seorang ibu dan dua anaknya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mendapat sorotan tajam dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Lembaga negara ini secara tegas mengkategorikan peristiwa tersebut sebagai kasus 'filisida maternal', sebuah istilah yang merujuk pada tindakan seorang ibu yang dengan sengaja membunuh anaknya sendiri.
Peristiwa tragis ini terjadi di sebuah rumah kontrakan di Banjaran, Kabupaten Bandung, pada Jumat (5/9/2025). Seorang ibu berinisial EN (34) ditemukan tewas dalam posisi gantung diri.
Sementara itu, dua buah hatinya yang masih berusia 9 tahun dan 11 bulan ditemukan tergeletak tak bernyawa di dalam rumah, diduga kuat akibat diracun oleh sang ibu sebelum ia mengakhiri hidupnya.
Anggota KPAI, Diyah Puspitarini, menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dan menemukan indikasi kuat motif di balik tindakan nekat tersebut. Menurutnya, tekanan ekonomi menjadi pemicu utama yang mendorong sang ibu ke jurang keputusasaan.
"Itu termasuk filisida maternal, yakni pembunuhan anak oleh ibu. Kami sudah berkoordinasi, memang faktornya karena masalah ekonomi," kata Anggota KPAI Diyah Puspitarini, sebagaimana dilansir kantor berita Antara, Senin (8/9/2025).
Filisida sendiri didefinisikan sebagai tindakan orang tua yang membunuh anaknya dalam keadaan sadar. Kasus ini menjadi alarm keras mengenai pentingnya kesehatan mental dan dukungan sosial bagi para orang tua yang menghadapi tekanan hidup yang berat.
Meskipun pelaku utama dalam kasus ini telah meninggal dunia, KPAI mendesak aparat kepolisian untuk tidak menghentikan proses hukum.
Menurut Diyah, penyelidikan mendalam mutlak diperlukan untuk memastikan penyebab kematian kedua anak tersebut secara yuridis dan mengungkap faktor-faktor kompleks yang melatarbelakangi tragedi ini. Hal ini penting untuk menjadi pembelajaran agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.
"Sekalipun ini filisida, kami tetap berharap bahwa proses hukum tetap berjalan agar anak ini diketahui penyebab kematiannya secara jelas karena apa. Ya memang dibunuh oleh ibunya, tapi kan faktor utamanya kenapa ibu sampai melakukan demikian juga perlu diungkap," kata Diyah Puspitarini.
Baca Juga: Kronologi Encuy 'Preman Pensiun' Ditemukan Tewas, Istri Histeris Lihat Suami Tergantung Kain Sarung
Kisah tragis ini pertama kali terungkap saat YS, suami dari EN, pulang kerja pada Jumat (5/9) subuh. Ia menemukan pemandangan mengerikan di mana istrinya sudah tergantung di tiang pintu, sementara kedua anak mereka telah tiada.
Di lokasi kejadian, polisi juga menemukan sebuah surat wasiat yang ditinggalkan oleh EN. Surat tersebut berisi curahan hati yang pilu, mengungkapkan penderitaan hidup dan kekesalan mendalam yang ia rasakan terhadap suaminya.
Temuan ini semakin memperkuat dugaan bahwa ada tekanan batin luar biasa yang dialami sang ibu sebelum mengambil keputusan fatal tersebut.