- Tragedi ambruknya Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo menewaskan puluhan santri, namun juga melahirkan kisah luar biasa dari para penyintas yang selamat secara ajaib di bawah reruntuhan.
- Haikal tetap salat dan bertahan dengan ilmu sekolahnya, Fatih mengira tiga hari terjebak hanyalah mimpi, sementara Rosi hidup tanpa makan-minum dengan berzikir hingga diselamatkan.
- Dari amputasi di bawah puing hingga doa yang tak putus, kisah para korban selamat ini menjadi simbol iman, ilmu, dan keteguhan hati di tengah duka mendalam.
Suara.com - Proses evakuasi korban tragedi ambruknya gedung musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, masih terus berlangsung di tengah isak tangis keluarga.
Hingga Minggu (5/10/2025) siang, tim SAR gabungan telah mengevakuasi 37 jenazah dari balik reruntuhan bangunan empat lantai itu, sementara 26 santri lainnya masih dalam pencarian.
Tim yang bekerja tanpa henti sejak dini hari juga menemukan dua potongan tubuh manusia di antara puing-puing. Syaiful Rosi Abdillah (13) menjadi korban terakhir yang berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup sejauh ini.
Di balik duka yang dalam, terselip kisah-kisah luar biasa dari para santri yang berhasil bertahan hidup — bukan hanya karena keberuntungan, tapi juga karena iman, ketenangan, dan kecerdasan mereka mengambil keputusan di tengah maut.
Berikut deretan kisah mereka yang disebut banyak orang sebagai keajaiban di balik reruntuhan.
1. Haikal: Salat di Bawah Puing dan Bertahan dengan Ilmu Sekolah
Selama dua hari terjebak di bawah beton, Syahlendra Haikal (13) tidak menyerah pada rasa sakit. Meski tubuhnya terhimpit reruntuhan, ia tetap menunaikan salat dalam posisi terbaring — bahkan sempat mengajak temannya ikut salat bersama. Sayangnya, sang teman meninggal di sebelahnya dalam posisi sujud.
Haikal bertahan dengan cara sederhana tapi bijak: diam dan tidak banyak bergerak untuk menghemat energi, sebuah pengetahuan yang ia ingat dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di sekolah.
Kisahnya membuat banyak pihak tersentuh, termasuk senator DPD RI Lia Istifhama, yang menyebut Haikal “bocah beriman dan cerdas yang memberi pelajaran mahal bagi kita semua.” Kini, Haikal bertekad pulih dan kembali bersekolah di SMPN 1 Probolinggo.
Baca Juga: Sudah 37 Jenazah Ditemukan di Reruntuhan Al Khoziny, Tim SAR Hadapi Ancaman Penyakit dan Beton
2. Al Fatih: Tiga Hari Terjebak, Mengira Semua Hanya Mimpi
Bagi Al Fatih Cakra Buana (14), tiga hari di bawah reruntuhan terasa seperti mimpi panjang. Ia sempat mengira sedang tertidur — bermimpi minum lewat selang dan berjalan di tempat gelap. Ketika akhirnya diselamatkan, barulah ia sadar ponpes tempatnya belajar telah rata dengan tanah.
Tubuh Fatih selamat karena tertutup tumpukan pasir dan kepalanya terlindung lembaran seng. Saat sadar di rumah sakit, ia mengaku tidak merasa sakit sama sekali, hanya seperti “baru bangun dari tidur panjang.”
Kisahnya membuat publik tertegun — sebuah bentuk penyelamatan yang nyaris tak bisa dijelaskan dengan logika.
3. Nur Ahmad: Diselamatkan Lewat Amputasi di Bawah Bangunan
Tak semua yang selamat bisa keluar tanpa luka besar. Nur Ahmad harus kehilangan salah satu tangannya agar bisa diselamatkan. Proses amputasi dilakukan langsung di bawah puing-puing dalam ruang sempit, oleh tim medis RSUD Sidoarjo yang mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.