Ngaku Pendukung Jokowi, Peserta Ini Disoraki di Tengah Diskusi Demokrasi

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 07 Oktober 2025 | 07:49 WIB
Ngaku Pendukung Jokowi, Peserta Ini Disoraki di Tengah Diskusi Demokrasi
Kuliah terbuka “Demokrasi, Agonisme, dan Oposisi Permanen”. (Suara.com/Nur Saylil Inayah)
Baca 10 detik
  • Kericuhan terjadi dalam kuliah terbuka bertajuk “Demokrasi, Agonisme, dan Oposisi Permanen” ketika seorang peserta menyatakan dukungan untuk Jokowi dan Gibran.
  • Pernyataan tersebut memancing reaksi keras dari peserta lain yang menuduh Jokowi merusak demokrasi.
  • Dosen filsafat Augustinus Setyo Wibowo berusaha menengahi, menutup pembahasan, dan mengembalikan fokus diskusi pada tema demokrasi.

Suara.com - Kericuhan terjadi di tengah kuliah terbuka bertajuk “Demokrasi, Agonisme, dan Oposisi Permanen” saat salah satu peserta secara terbuka mengaku sebagai pendukung berat mantan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

“Saya sebenarnya agak ketar-ketir ya, karena saya pendukung berat dari Jokowi dan Wapres Gibran,” ujar peserta bernama Will di sela-sela sesi tanya jawab, Senin (6/10/2025).

Ia menjelaskan, dukungannya didasari pada pandangannya bahwa Jokowi adalah sosok yang meneruskan visi Soekarno.

“Artinya pendukung berat dalam arti, saya melihat Jokowi itu sebagai pengusung visi Soekarno, Trisakti. Inilah yang saya tangkap dari perjuangan Jokowi ketika naik pada tahun 2014,” jelasnya di acara yang digelar di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat.

Will menambahkan, pandangannya mungkin tidak mudah diterima, namun ia meyakini bahwa Jokowi adalah tokoh yang berusaha melanjutkan semangat revolusi.

Namun, pernyataan itu justru memicu reaksi keras dari sejumlah peserta. Beberapa di antaranya langsung menyoraki Will dan melontarkan kritik tajam terhadap pandangannya.

“Jokowi itu perusak demokrasi!” teriak salah satu peserta, disambut serangkaian sanggahan dari peserta lainnya.

Suasana pun sempat memanas dan riuh di ruang acara yang diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Alumni Driyarkara, Perpustakaan Nasional, dan Suara Ibu Indonesia tersebut.

Melihat situasi tersebut, dosen filsafat sekaligus pembicara acara, Augustinus Setyo Wibowo, ikut menanggapi. Pria yang akrab disapa Romo Setyo ini mengaku sempat menjadi pendukung Jokowi di masa lalu.

Baca Juga: Dari Reformasi Sampai Gen Z: Kisah FODIM, Komunitas Kritis yang Tak Lekang Waktu di Atma Jaya

“Dulu saya mendukung Jokowi, sejak 2010, waktu dia masih di Solo,” ujar dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara itu.

Namun, ia melanjutkan dengan kritik tajam, terutama terhadap isu nepotisme dan dugaan pelemahan konstitusi yang menurutnya terjadi di akhir masa jabatan Jokowi.

“Nah, ternyata 2023, ujungnya adalah nepotisme dengan menghancurkan konstitusi, yaitu Mahkamah Konstitusi. Kalau Soekarno meninggalkan Rima (Revolusi Indonesia), Jokowi meninggalkan Gibran dan merusak konstitusi,” kritiknya. Ia pun mengaku merasa tertipu oleh mantan presiden tersebut.

Pernyataan itu disambut tepuk tangan dari sebagian besar peserta, sementara Will kembali menjadi sorotan. Romo Setyo kemudian berusaha meredakan suasana dengan menutup pembahasan topik tersebut.

“Terima kasih, Pak, sudah berbagi pandangannya sebagai generasi Baby Boomers. Tidak perlu, saya tanggapi yang lain dulu. Nanti kita lanjutkan secara pribadi di luar, ya,” ujarnya.

Acara kemudian berlanjut dengan sesi tanya jawab mengenai kondisi demokrasi, oligarki, dan tantangan politik di Indonesia.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI