suara hijau

Tenaga Surya Kalahkan Batu Bara, Namun Transisi Energi Masih Tertahan Kepentingan Fosil

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 10 Oktober 2025 | 11:34 WIB
Tenaga Surya Kalahkan Batu Bara, Namun Transisi Energi Masih Tertahan Kepentingan Fosil
Ilustrasi solar panel. [Shutterstock]
Baca 10 detik
    • Energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin kini untuk pertama kalinya menghasilkan listrik lebih banyak daripada batu bara.
    • PBB menyebut momen ini sebagai peluang emas untuk mempercepat transisi energi bersih secara global.
    • Banyak negara berkembang masih tertinggal karena keterbatasan akses teknologi dan pendanaan energi bersih.

Suara.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres kembali menyerukan kepada seluruh negara untuk mendorong peralihan bahan bakar fosil menuju energi terbarukan.

Ia menyebut, dunia kini sedang berada di titik penting yang bisa menjadi “peluang emas” bagi masa depan bumi.

Seruan  Guterres ini muncul setelah dirilisnya dua laporan baru pada Selasa (8/10), yang menunjukkan bahwa revolusi energi bersih kini berlangsung jauh lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin telah menghasilkan listrik lebih banyak dibanding batu bara,  menurut Analis Listrik Senior Ember, Magorzata Wiatros-Motyka.

“Tenaga surya dan angin kini tumbuh cukup cepat untuk memenuhi permintaan listrik dunia yang terus meningkat,” ujarnya dalam siaran pers. Ia menyebut perkembangan ini sebagai “titik balik penting” dalam perjalanan dunia menuju sistem energi yang lebih bersih.

ilustrasi listrik tenaga surya (Pixabay)
ilustrasi listrik tenaga surya (Pixabay)

Dalam laporan terpisah, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan kapasitas energi terbarukan dunia akan berlipat ganda pada tahun 2030.

Total peningkatan mencapai 4.600 gigawatt (GW), jumlah yang setara dengan gabungan kapasitas listrik Tiongkok, Uni Eropa, dan Jepang saat ini.

Dari total pertambahan tersebut, sekitar 80 persen diperkirakan berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), diikuti oleh tenaga angin, air, bioenergi, dan panas bumi.

Pesatnya kemajuan teknologi fotovoltaik yang mengubah sinar matahari menjadi energi menjadi pendorong utama tren ini.

Baca Juga: Trump Menggemparkan PBB: Pidato Satu Jam Tanpa Naskah, Kritik Pedas Migrasi dan Iklim

Melalui akun media sosialnya, Guterres menegaskan bahwa masa depan energi bersih “bukan lagi sekadar janji di masa depan, tapi sudah mulai terjadi sekarang.”

Ia pun mengajak seluruh negara untuk memanfaatkan momentum ini demi mempercepat pergeseran menuju sistem energi yang lebih adil dan berkelanjutan.

“Mari kita manfaatkan kesempatan bersejarah ini untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua,” tulisnya.

Meski kemajuan sudah tampak, Guterres mengingatkan bahwa transisi energi global belum berjalan cukup cepat maupun merata. Banyak negara berkembang masih menghadapi tantangan besar dalam mengakses teknologi dan pendanaan energi bersih.

Ia menekankan, dunia harus meningkatkan upaya agar target membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius seperti yang disepakati dalam Perjanjian Paris bisa tercapai.

Seruan ini juga sejalan dengan pembahasan para pemimpin dunia pada KTT Iklim PBB bulan lalu, yang menjadi bagian dari persiapan menuju Konferensi Iklim COP 30 di Brasil pada November mendatang.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI