- Proyek Kereta Cepat Whoosh lahir dari ketertarikan Presiden Jokowi setelah diajak Presiden China Xi Jinping menaiki kereta cepat di China
- Keputusan tersebut kini membebani negara dengan utang proyek yang dikelola KCIC mencapai Rp116 triliun
- Peresmian Whoosh dirayakan di Beijing sebagai kemenangan strategis China karena berhasil mengalahkan Jepang dalam mengekspor teknologi kereta cepatnya untuk pertama kali
Suara.com - Di balik kemegahan Kereta Cepat Whoosh yang melesat antara Jakarta dan Bandung, tersimpan sebuah kisah awal yang kini berujung pada tumpukan utang fantastis. Akademisi Indonesia yang berkarier di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, Prof Sulfikar Amir PhD, membongkar bahwa proyek ambisius ini lahir dari kekaguman sesaat Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap teknologi China.
Menurut Sulfikar, semua bermula ketika Presiden Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke China pada awal masa pemerintahannya.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden China Xi Jinping mengajak Jokowi untuk merasakan langsung kecanggihan kereta cepat di negaranya. Momen itulah yang menjadi titik awal mimpi kereta cepat di Indonesia.
"Jadi Jokowi waktu berkunjung ke China, saya enggak tahu, saya lupa tahun berapa mungkin 2015 atau 2017, diajak sama Xi Jinping naik kereta cepat, dan di situlah dia terpesona," kata Sulfikar, dikutip melalui tayangan YouTube di kanal Abraham Samad SPEAK UP, dikutip Kamis (23/10/2025).
Kekaguman ini, menurut Sulfikar, tidak diimbangi dengan pemahaman teknologi yang mendalam. Ia menyebut Jokowi cenderung naif dalam memandang kemajuan teknologi, sehingga langsung beranggapan bahwa kereta cepat buatan China adalah yang terbaik dan paling maju tanpa pertimbangan lebih lanjut.
"Jokowi kan agak naif soal teknologi. Jadi dia pikir kereta cepat buatan China sudah yang paling maju," sambungnya.
Keputusan yang didasari kekaguman itu kini meninggalkan warisan pahit. Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dioperasikan oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menanggung beban utang yang membengkak hingga mencapai Rp116 triliun, atau setara dengan 7,2 miliar dolar AS.
Ironisnya, saat Indonesia meresmikan operasional Whoosh pada 2 Oktober 2025, China justru merayakannya sebagai sebuah kemenangan geopolitik. Sulfikar mengungkapkan bahwa keberhasilan China mengekspor teknologi kereta cepatnya ke Indonesia menjadi sebuah kebanggaan besar di Beijing.
"Orang-orang di Beijing sangat bangga sekali, karena ini adalah pertama kali mereka berhasil mengalahkan Jepang," kata Sulfikar, merujuk pada persaingan sengit antara China dan Jepang dalam memperebutkan proyek-proyek infrastruktur global.
Baca Juga: Rocky Gerung: "Pulung" Jokowi Lenyap, Kereta Cepat Jadi Simbol Niat Jahat