- Anggota Komisi B DPRD DKI, Muhammad Taufik Zoelkifli, menyebut hasil kajian menunjukkan warga Jakarta sudah mampu membayar tarif Transjakarta lebih tinggi dari Rp3.500.
- Subsidi yang kini mencapai Rp4,2 triliun per tahun dinilai membebani keuangan daerah, apalagi setelah dana bagi hasil dari pusat dipangkas.
- Meski begitu, Pemprov masih memastikan kenaikan tarif tidak memberatkan masyarakat dan tetap memberi subsidi bagi 15 golongan penerima manfaat.
Syafrin mengatakan, pihaknya masih melakukan simulasi untuk menentukan tarif ideal yang tidak memberatkan warga.
Berdasarkan perhitungan sementara, nilai keekonomian Transjakarta tanpa subsidi sekitar Rp13 ribu per perjalanan, sementara tarif yang berlaku saat ini hanya Rp3.500.
Di sisi lain, Gubernur Jakarta Pramono Anung menegaskan, subsidi Transjakarta tetap diberikan untuk 15 golongan masyarakat, seperti pelajar, disabilitas, dan lansia. Namun, ia menilai subsidi tidak bisa diberlakukan untuk semua kalangan karena akan membebani keuangan daerah.
"Tentunya kan enggak bisa Pemerintah Jakarta menyangga semua penduduk yang ada di Jakarta dan Jabodetabek," kata Pramono di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Senin (27/10/2025).
Pramono menyebut, Pemprov Jakarta telah menghitung kemungkinan kenaikan tarif agar tetap selaras dengan tarif Transjabodetabek.
"Kami sudah menghitung untuk Transjakarta, terutama juga untuk Transjabodetabek, supaya harga antara Jakarta dan daerah penyangga tidak berbeda," ucapnya.