- Pemilu 2024 yang lalu Partai menghadapi tekanan dan intimidasi politik yang luar biasa.
- Provinsi NTT, khususnya Kota Ende, disebut Hasto sangat istimewa. Di sinilah Bung Karno melakukan kontemplasi ideologis hingga melahirkan Pancasila.
- Hasto juga menyoroti bagaimana Bung Karno di Ende mengajarkan pentingnya mendekati rakyat jelata.
Suara.com - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Konferensi Daerah (Konferda) dengan penekanan kuat pada pemahaman ideologis dan penyerapan spirit perjuangan Proklamator RI, Bung Karno, khususnya dari lokasi bersejarah pengasingannya di Ende, Flores.
Dalam pidato pembukaan Konferda, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengingatkan bahwa tantangan politik saat ini harus dihadapi dengan semangat yang sama yang ditunjukkan Bung Karno ketika diasingkan.
"Di tengah-tengah arus pragmatisme politik, kapitalisasi kekuasaan politik, politik menghalalkan segala cara seperti nampak di dalam Pemilu 2024, konferda ini sangat penting untuk menggelorakan politik dalam watak ideal, yakni politik turun ke bawah, memperkuat akar rumput dan politik yang berpihak kepada yang miskin, terpinggirkan, dan mereka yang diperlakukan tidak adil”, ujar Hasto, di Kupang, NTT, Jumat (7/11/2025).
Menurutnya, meskipun dalam Pemilu 2024 yang lalu Partai menghadapi tekanan dan intimidasi politik yang luar biasa, namun jika dibandingkan dengan perjuangan Bung Karno melawan penjajah, apa yang dihadapi partai masih “lebih ringan" jika dibandingkan dengan yang dihadapi Bung Karno saat pengasingan di Ende.
"Kalau kita menghadapi tekanan-tekanan money politic, menghadapi intimidasi-intimidasi dari oknum negara yang seharusnya netral di dalam pemilu, tetapi ternyata hanya mengabdi pada kepentingan keluarga dan kekuasaan itu, itu maka tantangan itu bisa kita hadapi dengan mengambil spirit dari perjuangan Bung Karno, termasuk ketika dibuang di Ende ini," tegasnya.
Provinsi NTT, khususnya Kota Ende, disebut Hasto sangat istimewa. Di sinilah Bung Karno melakukan kontemplasi ideologis hingga melahirkan Pancasila.
Hasto juga menyoroti bagaimana Bung Karno di Ende mengajarkan pentingnya mendekati rakyat jelata, bahkan mereka yang "tidak dapat menulis," karena rakyat akar rumput di bawah adalah yang tulus dalam perjuangan.
"Bahwa yang sering takut menghadapi penindasan justru adalah kalangan elit," tukas Hasto, merujuk pada pentingnya kader untuk berani bersuara membela rakyat.
Maka itu, lanjut Hasto, Konferda PDIP NTT adalah momentum bagaimana mengkristalisasikan "Dedication of Life" yang tulus dan ikhlas, sebuah pesan yang juga sering ditekankan oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga: Hasto Kristiyanto: Lengkapi Markas di Rote Ndao, Wujudkan Visi Geopolitik Bung Karno dari Selatan
"Dedication of Life yang tulus, ikhlas, yang tidak berpikir, saya mau jadi apa? Mau jadi Bupati/Wali Kota, mau jadi anggota DPRD,” ujar Hasto, sambil menegaskan pentingnya pengabdian tanpa ambisi pribadi.
"Jangan pernah menjadi penikmat kekuasaan. Kita adalah pengemban tugas. Jangan pernah berpikir kita mau jadi apa, namun lupa pada tanggung jawab membangun Partai. Mari Konferda ini menjadi momentum untuk menguatkan kembali dedikasi bagi bangsa dan negara,” pungkas Hasto.
Acara tersebut dihadiri oleh hampir 1.000 orang perwakilan seluruh pengurus PDIP di seluruh Provinsi NTT. Hasto sendiri hadir didampingi sejumlah pimpinan DPP PDIP. Yakni Wakil Sekjen Yoseph Aryo Adhi Dharmo dan Sri Rahayu, Wakil Bendahara Yuke Yurike, serta Ketua DPP Andreas Hugo Pareira.