- SPPG Mutiara Keraton Solo mengklaim mayoritas bahan pangan MBG berasal dari sumber lokal sekitar 90 persen.
- Sumber pangan tersebut didapat dari kebun yang dikelola bersama petani lokal melalui pendampingan kualitas produksi.
- Jimmy Hantu menyatakan petani menjadi pihak paling diuntungkan karena rantai pasok program MBG berfokus kearifan lokal.
Suara.com - Pengelola Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Mutiara Keraton Solo, Jimmy Hantu, mengklaim sebagian besar sumber pangan yang digunakan dalam operasional dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) telah berasal dari bahan lokal. Klaim tersebut disampaikan merespons imbauan Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar atau Cak Imin agar SPPG mengutamakan bahan pangan lokal.
Jimmy menegaskan, penggunaan bahan pangan lokal bukan hal baru bagi SPPG yang dikelolanya. Menurut dia, hal tersebut memang seharusnya menjadi prinsip dalam pelaksanaan program MBG.
“Kalau saya nggak ada tantangan ya. Karena kita biasa melakukan itu, memang harusnya demikian,” ujar Jimmy ditemui di area SPPG Mutiara Keraton Solo, Bogor, Selasa (16/12/2025).
Mengenai porsi bahan pangan lokal, Jimmy menyebut belum bisa memastikan seluruhnya berasal dari dalam negeri. Namun, ia mengklaim mayoritas sumber pangan yang digunakan sudah berbasis lokal dan berasal dari perkebunan dan peternakannua sendiri.
“Kalau saya katakan 100 persen, enggak. Saya katakan 90 persen bahan lokal,” ujarnya.
Jimmy menjelaskan, sumber pangan tersebut sebagian besar berasal dari kebun yang dikelola bersama petani lokal. Ia menyebut pihaknya juga aktif memberikan pendampingan kepada petani agar kualitas produksi sesuai kebutuhan dapur MBG.
“Yang pasti (sumber pangan) lebih banyak dari kebun saya. Karena kami mengajarkan kepada petani, ini cara tanam bayam yang benar, ini cara ternak ayam yang baik, ini cara tanam jagung yang baik dan sebagainya,” kata dia.
Menurut Jimmy, pola tersebut membuat petani menjadi bagian dari rantai pasok SPPG. Ia menilai justru petani menjadi pihak yang paling diuntungkan dari program MBG.
“Program ini yang paling diuntungkan petani sebenarnya, bukan yang punya dapur. Ini yang paling banyak duit seharusnya petani. Dapur tuh berapa sih duitnya, nggak ada duitnya kalau bisa dikatakan,” ujarnya.
Baca Juga: BGN Perketat SOP, Mobil Pengantar MBG Tak Lagi Masuk Halaman Sekolah
Jimmy menambahkan, seluruh isi ompreng yang dibagikan kepada penerima manfaat pada dasarnya merupakan hasil pangan lokal. Karena itu, ia menilai penguatan rantai pasok berbasis kearifan lokal perlu menjadi perhatian bersama.
“Tapi petani uangnya sangat besar. Karena total isi ompreng itu isinya adalah makanan. Nah makanan ini makanan lokal. Ini mungkin perlu disikapi bersama-sama. Kita benar-benar rantai pasok untuk kearifan lokal berjalan dengan baik,” pungkasnya.