Cuan dari Gang Sempit: Kisah PKL Malioboro yang Sukses Ternak Ratusan Tikus Mencit

Jum'at, 19 Desember 2025 | 17:16 WIB
Cuan dari Gang Sempit: Kisah PKL Malioboro yang Sukses Ternak Ratusan Tikus Mencit
Imam Muslim (30), peternak mencit atau tikus kecil di Kota Yogyakarta, Jumat (19/12/2025).[Suara.com/Hiskia]
Baca 10 detik
  • Mantan PKL Malioboro sukses beternak ratusan mencit di lahan sempit.
  • Bermula dari hobi reptil, mencit menjadi sumber penghasilan tambahan.
  • Mencit dijual untuk pakan reptil hingga kebutuhan praktikum mahasiswa.

Suara.com - Di sebuah gang sempit di pemukiman padat Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Imam Muslim (30) menemukan cara unik untuk meraup cuan. Di ruang yang nyaris tak menyisakan lapang, ia dengan telaten merawat ratusan tikus putih mungil di dalam boks-boks plastik bekas es krim. Hewan bernama latin mus musculus atau mencit itu kini menjadi teman sekaligus sumber penghasilannya.

Kisah Imam adalah bukti nyata bahwa keterbatasan lahan di perkotaan bukanlah penghalang kreativitas. Dari sudut kecil rumahnya, ia mengubah hobi menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan.

Berawal dari Ular Peliharaan yang Sakit

Awalnya, Imam sama sekali tak berencana beternak tikus. Semua bermula dari kegemarannya memelihara reptil. Tikus-tikus itu semula hanyalah stok pakan untuk ular kesayangannya.

Imam Muslim (30), peternak mencit atau tikus kecil di Kota Yogyakarta, Jumat (19/12/2025).[Suara.com/Hiskia]
Imam Muslim (30), peternak mencit atau tikus kecil di Kota Yogyakarta, Jumat (19/12/2025).[Suara.com/Hiskia]

"Awal mulanya sebenernya tidak sengaja. Dulu itu saya hobi pelihara reptil. Nah tikusnya itu buat stok makan, tapi ular saya itu sakit, otomatis tidak mau makan dia. Jadinya tikusnya malah buat dipelihara," kata Imam saat ditemui di rumahnya, Jumat (19/12/2025).

Ia sempat ragu untuk mengembangkannya menjadi usaha, mengingat ia tinggal di kawasan padat penduduk. Namun, setelah berdiskusi dengan seorang teman yang memiliki pet shop, keraguan itu sirna. Ia pun mulai berani menawarkan mencit hasil ternaknya, dan ternyata pasar menyambut baik.

Dari Kaki Lima Malioboro ke Kandang Mencit

Imam mulai menekuni usaha ini sebagai sampingan sejak 2018. Saat itu, ia masih berjualan kaos oleh-oleh sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL) di Malioboro. Namun, setelah dua kali relokasi, pendapatannya sebagai PKL menurun drastis.

Sejak awal 2025, ia pun memutuskan untuk lebih fokus mengembangkan ternak mencitnya, meski lapak kaos di Malioboro tetap ia pertahankan.

Baca Juga: Lebih dari Sekadar Wangi: Bagaimana Komunitas Parfum Membangun Ruang Aman Anak Muda Jogja

"Kalau fokusnya [usaha mencit] itu awal 2025 ini," ujarnya.

Setiap hari, waktunya terbagi dua. Pagi hingga siang ia habiskan untuk mengurus kandang dan melayani pembeli mencit, sementara sore hingga malam ia kembali ke Malioboro.

Imam Muslim (30), peternak mencit atau tikus kecil di Kota Yogyakarta, Jumat (19/12/2025).[Suara.com/Hiskia]
Imam Muslim (30), peternak mencit atau tikus kecil di Kota Yogyakarta, Jumat (19/12/2025).[Suara.com/Hiskia]

Pasar yang digarap Imam ternyata cukup luas. Selain menjadi pakan reptil seperti ular dan biawak, mencit hasil ternaknya juga dicari untuk kebutuhan penelitian dan praktikum mahasiswa.

"Pasaran kita itu ada buat pakan reptil, sama buat penelitian hewan uji praktik mahasiswa," ucapnya.

Harganya pun bervariasi. Untuk pakan, ia menjual dengan rentang harga Rp 2.500 hingga Rp 8.000 per ekor. Sementara untuk kebutuhan laboratorium, harganya bisa mencapai Rp 15.000 per ekor.

Saat ini, Imam mengelola sekitar 150 indukan yang terdiri dari 100 betina dan 50 jantan.

"Kalau omset ya enggak mesti. Paling sehari ya Rp 50-100 ribuan. Pernah kalau pas kayak barengan waktu praktikum sama waktu musim tetas telur ular itu bisa kalau sebulan bisa 500-600 ekor bisa terjual," ungkapnya.

Baginya, kunci utama beternak mencit adalah kebersihan dan ketelatenan. Ia membuktikan bahwa tikus tidak selalu identik dengan kotor.

"Kalau kebersihan kandangnya kita bisa manage, rutin bersihin kandangnya, ngasih makannya, itu malah bisa sehat tikusnya terus cepat beranak juga," jelasnya.

Sempat Dicibir Tetangga

Tentu saja, usahanya tidak berjalan mulus tanpa tantangan. Selain cuaca panas yang bisa membuat mencit rentan mati, ia juga sempat mendapat respons miring dari tetangga. Memelihara tikus di pemukiman padat dianggap aneh.

Namun, Imam tidak kecil hati. Ia justru memberikan edukasi.

"Ya responnya itu dulu 'masa pelihara tikus yang lain aja, jangan tikus'. Tapi aku udah menggeluti ini tak jelasin. Ini tuh enggak tikus yang jorok, enggak tikus yang kotor, ini bisa buat praktik uji laboratorium juga, banyak nolong banyak orang nemuin obat," tuturnya.

Kini, dari gang sempit Wirobrajan, Imam terus menjalankan dua usahanya. Di satu sisi, kaos oleh-oleh Jogja tetap digelar untuk para pelancong. Di sisi lain, mencit-mencit mungilnya terus berkembang biak, membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkreasi dan bertahan hidup di tengah kota.

×
Zoomed

VIDEO TERKAIT

Jogja, Kota Antara Romantisme dan Realita

Jogja, Kota Antara Romantisme dan Realita

Video
Senin, 08 Desember 2025 | 12:45 WIB

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI