"Kemudian proses digitalisasi juga dilakukan di sektor otomotif, antara lain layanan Auto2000, Daihatsu dan seterusnya, sehingga konsumen memperoleh pengalaman atau eksperience lebih baik lagi," jelas Djony Bunarto Tjondro.
![Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2022 PT Astra International Tbk [screenshot].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/04/20/11472-rupst-2022-astra-02.jpg)
Selain itu, revenue creation turut didorong terus, dengan dukungan inisiatif internal.
"Antara lain untuk Astra Pay, dan Seva 2.0 sebagai platform untuk kemudahan pembelian mobil," tukasnya.
Dalam situasi pandemi COVID-19 dan harapan agar menjadi endemi, ia menyatakan bahwa rencana belanja modal konsolidasi Astra pada 2019 atau masa sebelum pandemi mencapai Rp 21 triliun.
"Tahun ini rencananya adalah Rp 18 - 20 triliun, atau level sama dengan situasi sebelum pandemi COVID-19," ulas Djony Bunarto Tjondro, seraya menambahkan bahwa harapan Astra adalah menjadi perusahaan yang tetap relevan, dengan peluang pengembangan di sektor mobility, teknologi, kesehatan, serta logistik dengan cakupan otomotif.
"Harapannya terjadi multiplayer impact, sehingga Astra bisa mendapatkan hasil bagus," tukasnya.
Djony Bunarto Tjondro memberikan tanggapan bahwa sektor otomotif PT Astra International Tbk berada dalam pencapaian yang baik.
"Untuk otomotif, perolehan sektor empat roda cukup baik walau insentif pajak PPnBM berbeda dibandingkan 2021. Kami melihat kondisinya cukup baik. Supply (berkenaan situasi chip semikonduktor) menjadi hambatan secara global, namun semoga tidak berlanjut," ujarnya.
Lantas untuk roda dua, komoditas memiliki harga bagus, sehingga mendorong daya beli lebih baik terhadap konsumen.
Baca Juga: Astra Gelar "Festival KBA-DSA 2022: Catatkan Transaksi Ekspor Lebih dari Rp 10 Miliar"
"Dengan penjualan mobil yang baik, didukung financial services baik, maka akan memberikan hasil yang baik," ulas Djony Bunarto Tjondro.