
Meski begitu, EV di China diharapkan untuk pertama kalinya melampaui kendaraan ICE pada tahun 2025, mengalahkan target pemerintah yang menginginkan kendaraan listrik mencapai 50 persen dari penjualan mobil baru pada tahun 2035.
Namun, meskipun analis memperkirakan tren ini akan terus berlanjut hingga masa depan dan mengklaim bahwa "gerakan besar EV China tak terhentikan", kelebihan model, persaingan ketat, dan perang harga akan mengakibatkan runtuhnya banyak merek lokal.
Selain itu, produsen mobil Eropa, Jepang, dan AS yang beberapa tahun lalu mendominasi pasar mobil terbesar di dunia, sudah mengalami penurunan tajam dalam penjualan mereka saat pembeli beralih ke merek domestik.
Pada tahun 2020, mobil asing menyumbang 64 persen dari penjualan mobil baru, sementara pada tahun 2024 pangsa mereka anjlok menjadi hanya 37 persen.
Prospek di Eropa Barat dan Tengah

Penjualan EV di Jerman yang suram selama tahun ini dan penghapusan subsidi negara telah mempengaruhi permintaan kendaraan listrik.
Bersamaan dengan penurunan yang disebutkan sebelumnya di China, hal ini membuat grup VW menghadapi masalah serius, dengan pemutusan hubungan kerja besar-besaran dan bahkan penutupan pabrik diusulkan oleh manajemen dan serikat pekerja yang mengancam dengan aksi mogok besar-besaran jika rencana tersebut dilanjutkan.
Namun, studi tersebut masih memperkirakan penjualan EV di Eropa Barat dan Tengah akan tumbuh sebesar 43 persen, membawa pangsa pasar mereka menjadi lebih dari 20 persen, meskipun Prancis dan Spanyol diperkirakan akan mengurangi atau setidaknya menurunkan subsidi pada tahun 2025.
Baca Juga: Viral Emak-emak Dihujat Gegara Ajari Anak Menyetir Mobil di Jalanan