Yang menarik, di balik layar drama ASEAN ini, NETA sedang memainkan permainan catur yang brilian di kandang sendiri.
Di China, mereka berhasil meyakinkan 134 supplier untuk tetap setia - sebuah prestasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam industri yang haus akan kepercayaan ini.
Kisah NETA seperti menggambarkan betapa liarnya pasar mobil listrik ASEAN. Di satu sisi, kawasan ini adalah tambang emas yang menggiurkan - bayangkan jutaan konsumen yang mulai 'go green' dan pemerintah yang mendukung penuh.
Tapi di sisi lain? Ini adalah arena gladiator modern, di mana produsen mobil listrik dari berbagai penjuru dunia bertarung memperebutkan hati konsumen.
Pengalaman pahit di Singapura mungkin seperti secangkir kopi yang terlalu pekat - tidak enak diminum, tapi membangunkan dari mimpi indah. NETA kini harus belajar bahwa dalam bisnis mobil listrik, tidak cukup hanya punya produk bagus.
Kepercayaan konsumen adalah mata uang yang lebih berharga dari emas.
Lalu, bagaimana nasib NETA selanjutnya di ASEAN? Well, seperti kata pepatah, "dalam kesulitan selalu ada kesempatan."
Jika NETA bisa membenahi manajemen keuangannya, memperkuat jaringan distribusi, dan yang terpenting - membuktikan bahwa mereka lebih dari sekadar "mobil listrik China murah" - mungkin kita akan melihat comeback yang spektakuler.
Satu hal yang pasti: drama NETA di ASEAN masih jauh dari kata tamat.
Baca Juga: BYD Jual Hampir 1 Juta Unit Mobil di Q1 2025, Hybrid Semakin Populer
Dan seperti penonton setia serial TV yang baik, kita semua menunggu episode selanjutnya dengan penuh antisipasi.
Akankah sang pendatang dari Negeri Tirai Bambu ini akhirnya menemukan formula sempurna untuk menaklukkan hati konsumen ASEAN? Waktu yang akan menjawab.