Suara.com - Di balik gemerlap lampu disko dan dentuman musik yang menghentak, muncul sosok yang tengah menemukan kembali jati dirinya—Nathalie Holscher.
Dulu dikenal sebagai mantan istri komedian terkenal Sule, kini Nathalie tak lagi hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia bangkit, berdiri tegak, dan memutar takdirnya sendiri di atas panggung hiburan.
Dengan kepercayaan diri yang baru dan semangat yang membara, Nathalie memilih jalur yang berbeda: menjadi seorang disc jockey (DJ).
Dunia yang dulu hanya jadi latar belakang, kini ia taklukan dengan penuh gaya. Setiap lagu yang ia putar bukan hanya irama, tapi juga simbol transformasi dirinya—dari luka menjadi kekuatan, dari kesedihan menjadi semangat.
Siapa sangka, malam itu di Sidrap, Sulawesi Selatan, menjadi titik balik yang memukau dalam perjalanan Nathalie. Hanya dalam satu malam, namanya mencuat bak bintang yang bersinar terang di langit hiburan.
Tak tanggung-tanggung, ia mendapatkan saweran yang nilainya Rp150 juta sebagai bentuk apresiasi atas aksinya yang memukau di lantai dansa.
Namun, di balik sorotan gemerlap dan tepuk tangan, badai komentar pedas pun ikut mengiringi. Banyak yang mengkritik, mencibir, bahkan meragukan langkahnya.
Tapi Nathalie tak bergeming. Seperti pohon kokoh yang tetap berdiri di tengah terpaan badai, ia menatap lurus ke depan.
Lewat Instagram Story, ia memberi pernyataan yang tak hanya tegas tapi juga penuh kelas.
Baca Juga: Banyak Kendaraan Hasil Hadiah di LHKPN Budi Arie, Harganya Tak Ada yang Murah
“Saya kan diundang, dan saya bangga serta mengapresiasi kinerja saya lewat foto itu. Banyak Dj lain juga sering mengunggah hal serupa. Kenapa saat saya tampil dan viral, baru ramai ribut-ribut?,” tulis status Instagram Storynya.
Di balik sorotan lampu panggung dan dentuman bass yang menggema, tersimpan kisah hangat yang menyentuh hati.
Tak sekadar tampil memukau, perjuangan panjang di dunia hiburan akhirnya berbuah manis bagi sang ibu—yang tak lain adalah bentuk cinta tulus untuk buah hatinya, Adzam Ardiansyah Sutisna.
Lewat kerja keras yang tak kenal lelah, ia menghadiahkan sesuatu yang istimewa: sebuah mobil Honda HR-V berwarna sand khaki.
Tak hanya sebagai kendaraan, mobil dengan pelat nomor B 1274 PCV itu menjadi simbol kasih sayang yang begitu dalam. Setiap detailnya bercerita tentang perhatian, perjuangan, dan cinta yang tak terhingga dari seorang ibu kepada anaknya.
Hadiah ini bukan sekadar materi, tetapi wujud nyata dari dedikasi dan pengorbanan. Mobil itu kini menjadi saksi bisu perjalanan cinta ibu dan anak yang penuh kehangatan.
Bukan sembarang kendaraan yang dipilih Nathalie. HR-V tipe SE CVT seharga Rp433,500 juta ini hadir bagai pangeran modern dengan segala kemewahan yang melekat.
Velg alloy 18 inci berkilau bagai mahkota, sementara lampu kabut LED siap menembus gelap malam. Panoramic roof-nya seolah membuka jendela ke langit, memberikan pengalaman berkendara yang memanjakan.
Di balik kemudi, teknologi canggih berbisik lembut. Head unit 8 inci menjadi otak digital yang cerdas, Honda LaneWatch bagai mata kedua yang setia menjaga, dan kamera 360 derajat yang tak pernah lengah mengawasi setiap sudut.
Jantungnya, mesin 1.500cc DOHC i-VTEC, berdetak kuat menghasilkan tenaga 121 PS, siap mengantar Adzam ke manapun impiannya melangkah.
Transmisi CVT yang halus bagai sutra mengalirkan tenaga ke roda depan, menciptakan harmoni sempurna antara performa dan kenyamanan.
Meski bukan varian termahal seperti kakaknya HR-V Turbo RS, pilihan Nathalie mencerminkan kebijaksanaan seorang ibu yang mengutamakan keseimbangan antara prestise dan praktis.
Kisah Nathalie bukan sekadar tentang gemerlap dunia malam atau hadiah mewah untuk sang buah hati.
Ini adalah kisah tentang metamorfosis seorang wanita yang bangkit dari keterpurukan, yang mengubah kritikan menjadi motivasi, dan yang membuktikan bahwa kesuksesan adalah buah dari kerja keras dan tekad yang tak tergoyahkan.
Di tengah hiruk pikuk komentar miring dan pandangan skeptis, Nathalie Holscher tetap menari dengan iramanya sendiri.
Kini, setiap dentuman musik yang ia mainkan bukan hanya menghibur penonton, tapi juga menjadi simfoni kemandirian dan kasih sayang seorang ibu untuk putra tercintanya.