Suara.com - Gelombang mobil listrik asal Tiongkok terus meluas ke berbagai pasar global, dan kini Brazil mulai merasakan tekanan beratnya.
Laporan Carscoops memaparkan bahwa negara dengan pasar otomotif terbesar keenam di dunia ini dikhawatirkan akan mengalami gangguan serius pada sektor manufakturnya akibat banjirnya impor mobil listrik dan hybrid murah dari China, terutama dari raksasa seperti BYD.
Berbeda dengan merek mapan seperti Volkswagen, Stellantis, atau General Motors yang selama puluhan tahun menanam investasi besar lewat pembangunan pabrik dan penciptaan lapangan kerja di Brazil, produsen mobil listrik asal China justru memilih mengekspor kendaraan langsung dari negara asalnya.
Salah satunya adalah BYD yang kini memiliki armada kapal pengangkut sendiri, memastikan distribusi kendaraan mereka bisa dilakukan dalam volume besar tanpa tergantung pihak ketiga.
Bahkan, selama lima bulan pertama tahun ini, BYD sudah mengimpor sekitar 22.000 unit ke Brazil. Diperkirakan, angka ini bisa melonjak hingga 200.000 unit hingga akhir 2025, setara 8% dari total penjualan mobil baru di negeri samba.
Celah Tarif Impor
Salah satu alasan utama derasnya arus impor ini adalah rendahnya tarif bea masuk mobil listrik di Brazil. Sekitar satu dekade lalu, pemerintah setempat memang menghapus tarif impor EV demi mendorong permintaan.
Baru pada tahun lalu Brazil menerapkan tarif 10%, tapi tetap jauh lebih rendah dari tarif 35% yang diberlakukan Uni Eropa terhadap mobil China.
Saat ini, pabrikan asal Tiongkok masih bisa menikmati kuota bebas bea senilai Rp2,76 triliun untuk PHEV dan Rp3,69 triliun untuk EV, sampai Juli 2025.
Baca Juga: 5 Mobil Bekas Merek Lexus Termurah: Mewah Tanpa Bikin Kantong Bolong
Tarif ini akan naik bertahap tiap enam bulan hingga mencapai 35% pada 2026. Namun, beberapa pihak meminta agar tarif tersebut dipercepat ke angka maksimum lebih awal, guna menghindari tergerusnya produksi lokal.

Ancaman Serius untuk Industri Dalam Negeri
Presiden ANFAVEA (asosiasi produsen otomotif Brazil), Igor Calvet, menyatakan kekhawatirannya. Menurutnya, meskipun Brazil mendukung kehadiran merek baru yang berkomitmen membangun pabrik, menyerap tenaga kerja lokal, dan mendukung sektor komponen, arus impor berlebih yang tidak dibarengi produksi lokal justru berisiko menurunkan investasi.
Sebagai contoh, pembangunan pabrik BYD di negara bagian Bahia sempat direncanakan untuk mendukung industrialisasi mereka.
Namun, menyusul laporan kondisi kerja buruk bagi karyawan asing, proyek ini ditunda hingga Desember 2026. GWM juga ikut-ikutan menunda produksi lokal mereka setahun lebih lama dari jadwal awal.
Menggoyang Pilar Otomotif Brazil