Suara.com - Chery diduga terseret skandal subsidi mobil listrik di China. Dimana seharusnya produk Chery tidak memenuhi syarat mendapat subsidi.
Diberitakan Reuters, Chery tidak sepatutnya mengklaim subsidi sebesar USD 53 juta atau sebesar Rp861 miliar untuk kendaraan listrik mereka yang dijual selama lima tahun hingga 2020.
Dalam temuan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China, hampir 60 persen dari klaim subsidi tersebut tidak memenuhi syarat.
Tercatat sebanyak 21.725 mobil listrik yang dipasarkan di China seharusnya tidak mendapat subsidi sebesar 864,9 juta yuan.
Dari temuan tersebut, Chery diduga melakukan kecurangan dengan mengklaim subsidi sebanyak 7.663 unit mobil yang tak memenuhi syarat sementara BYD 4.973 unit.
Namun demikian, Chery membantah telah melakukan kecurangan. Perusahaan saat ini tengah melakukan konsultasi dengan pihak berwenang mengenai hilangnya tanda terima karena mobil tersebut sudah dijual lebih dari lima tahun.
Chery pun mengklaim, pemerintah telah menyarankan perusahaan untuk mendeklarasikan mobil-mobil tersebut agar dapat menentukan apakah mobil-mobil tersebut memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi atau tidak.

"Perusahaan kami telah melaporkan dengan jujur kepada pihak berwenang bahwa kami tidak mengumpulkan kwitansi untuk penjualan akhir, tidak ada tindakan curang," tulis pernyataan Chery, dikutip Selasa (15 Juli 2025).
Dalam dokumen itu tak disebutkan sanksi yang akan diterima bagi para produsen yang tak memenuhi syarat dalam mendapat subsidi tersebut.
Baca Juga: Penjelasan Wuling Soal Tragedi Air EV Terbakar di Bandung
Namun sebelumnya pemerintah China sempat mengeluarkan pernyataan bahwa pabrikan harus mengembalikan uang subsidi untuk kendaraan yang tak memenuhi persyaratan. Selain Chery, BYD dikabarkan juga turut terseret dalam skandal subsidi mobil listrik di China.
Mobil Listrik Bekas Nol Kilometer
Pasar otomotif China saat ini tengah menjadi sorotan terkait praktik pasar mobil bekas domestik, khususnya fenomena “Mobil bekas 0 kilometer” yaitu mobil yang didaftarkan dengan status terjual padahal belum pernah dipakai.
Fenomena ini memungkinkan mobil-mobil tersebut ini dijual kembali sebagai kendaraan bekas dengan harga diskon sekaligus untuk menghindari pencatatan sebagai stok mobil baru.
Praktik ini rupanya banyak disiasati oleh para pabrikan otomotif untuk mendapatkan subsidi mobil listrik dari pemerintah China dan memicu persaingan tidak sehat melalui 'perang harga'.
Di negeri tirai bambu, Chery, BYD, Geely, diketahui tengah bersaing ketat dalam memasarkan produk mobil listrik mereka.