Stok Membeludak, Perang Harga Susah Dielak: Xi Jinping Risau Mobil Listrik Makin Penuh Sesak

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Rabu, 06 Agustus 2025 | 20:33 WIB
Stok Membeludak, Perang Harga Susah Dielak: Xi Jinping Risau Mobil Listrik Makin Penuh Sesak
Presiden China Xi Jinping, mengaku risau dengan perkembangan mobil listrik yang makin ekstrem. (Instagram)

Suara.com - Industri mobil listrik di China sedang mengalami gejolak besar. Harga mobil EV terus ditekan hingga ke titik ekstrem, membuat persaingan antarprodusen makin brutal.

Presiden Xi Jinping pun mulai angkat bicara, menyebut fenomena ini sebagai bentuk “involusi” yang bisa mengancam stabilitas ekonomi nasional.

Menurut laporan Carscoops, pemerintah China kini mempertimbangkan intervensi langsung untuk meredam perang harga yang dinilai sudah kelewat batas.

Fenomena ini bukan sekadar persaingan biasa. Dalam beberapa bulan terakhir, diskon mobil listrik di China mencapai rata-rata 17 persen, naik signifikan dari 8 persen pada tahun sebelumnya.

BYD, sebagai pemain dominan, menjual model Seagull (di Indonesia disebut sebagai BYD Atto 1) hanya seharga 55.800 yuan atau sekitar Rp127,7 jutaan.

Bandingkan dengan versi ekspor ke Eropa yang dijual setara Rp425 juta. Selisih harga yang sangat besar ini menunjukkan betapa agresifnya strategi harga di pasar domestik.

50 Produsen Mobil Listrik Terancam

BYD melengkapi jajaran produk mobil listrik mereka di Indonesia dengan meluncurkan BYD Atto 1 dalam perhelatan otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. (Foto: SUARA.com/Manuel Jeghesta)
BYD melengkapi jajaran produk mobil listrik mereka di Indonesia dengan meluncurkan BYD Atto 1 dalam perhelatan otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. (Foto: SUARA.com/Manuel Jeghesta)

Masalahnya, tidak semua produsen bisa bertahan. Dari sekitar 50 merek EV di China, hanya segelintir yang mencatatkan keuntungan, seperti BYD, Li Auto, dan Seres.

Sisanya terancam gulung tikar dalam beberapa tahun ke depan. Banyak pabrik mobil listrik yang kini hanya beroperasi di bawah 2 persen kapasitas produksi, membuat stok kendaraan menumpuk dan memicu perang harga yang makin dalam.

Baca Juga: Kuota Impor Habis di Akhir Tahun, Produsen Mobil Listrik China Harus Bangun Pabrik di Indonesia

Xi Jinping dalam pidatonya baru-baru ini menyoroti bahaya dari investasi besar-besaran yang tidak menghasilkan keuntungan sepadan.

Ia menyebut sektor otomotif sebagai salah satu “penjahat utama” dalam fenomena involusi ini. Pemerintah pun mulai menyusun revisi regulasi harga agar produsen tidak lagi menjual mobil dengan harga yang terlalu rendah secara tidak wajar.

Langkah ini bukan tanpa alasan. Perang harga memang sempat mendongkrak penjualan, tapi efek jangka panjangnya bisa merusak struktur industri.

Ekspor Jadi Opsi

ilustrasi mobil BYD (byd.com)
ilustrasi mobil BYD (byd.com)

Salah satu solusi yang mulai dijalankan adalah ekspor besar-besaran. Saat ini, mobil listrik buatan China sudah menguasai 5,1 persen dari total kendaraan baru yang terdaftar di Eropa.

Perang harga mobil listrik di China bukan lagi sekadar strategi pasar, tapi sudah menjadi isu nasional. Xi Jinping dan pemerintah pusat mulai mengambil langkah serius untuk mengakhiri kompetisi tidak sehat ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI