Dokter Resita mengatakan bersama beberapa karyawan Puskesmas dari bidan desa, dirinya biasanya memberikan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan lain-lain. ”Kalau ada keluhan penyakit, biasanya mereka akan diberikan obat dan juga konseling kejiwaan. Jadi pendekatannya seperti itu. Dan setiap bulannya akan ada seperti buku jurnal untuk mencatat perkembangan jiwa mereka seperti apa,” tuturnya.
Dia mengutarakan hingga saat ini dari 20 penyandang disabilitas ODGJ yang dilayani di Posyandu GEMAS KETAWA Desa Kranggan, Polanharjo ini, sudah 50 persennya terlihat lebih bagus perkembangan kejiwaannya dan 3 orang sudah pulih dari gangguan kejiwaannya. ”Saya lihat sudah ada peningkatan banyak, cuma memang masih ada yang berhalusinasi dan itu hanya satu dua orang saja,” ucapnya.
Kepala Desa Kranggan, Gunawan Budi Utomo mengatakan pendampingan yang dilakukan terhadap penyandang ODGJ di desanya ini bertujuan agar masyarakat yang mengalami kesehatan jiwa tersebut memiliki kegiatan yang positif. ”Karena, kalau mereka dikasih kegiatan yang positif, otomatis mindset mereka juga nanti akan positif juga. Dengan seringnya bersosialisasi di Posyandu, kepercayaan diri mereka akan terbangun kembali seperti halnya Mbak Erna dan Mbak Umi,” ujarnya.
Menurut Gunawan, orang yang mengalami gangguan jiwa sebaiknya jangan di-judge bahwa mereka itu orang gila. Karena, semakin di-judge sebagai orang gila, mereka itu akan semakin jatuh mentalnya. ”Nah, karena itulah kami membentuk Posyandu Jiwa ini untuk membuat bagaimana caranya agar mereka para ODGJ itu bisa tetap bersosialisasi dan bisa memfungsikan dirinya sebagai masyarakat,” tukasnya.
Para relawan di Posyandu ini juga dituntut untuk melakukan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM). Artinya, harus peduli kepada saudara-saudara yang mengalami gangguan jiwa dan bisa merasakan apa yang dialami oleh para ODGJ. ”Salah satunya di sini yang sudah ada adalah RBM SEHATI,” ucap Gunawan.
Untuk mencegah agar para ODGJ yang sudah sembuh tidak sampai kambuh lagi, Gunawan mengatakan kepada mereka akan diberikan stimulan. ”Jadi, mereka pengennya usaha apa, pengen cari hiburan apa, kita akan bantu. Ada yang pengen melihara ayam, kambing, kita kasih. Jadi, mereka tidak mempunyai pikiran yang nganggur dan mempunyai aktivitas,” katanya.
Desa Kranggan ini pada Desember 2022 lalu juga telah dinobatkan sebagai Desa Inklusi oleh Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia yang diserahkan oleh Komisioner Dante Rigmalia dan diterima oleh Bupati Klaten Sri Mulyani dan Camat Polanharjo. Dua apresiasi berupa Anugerah Prakarsa Inklusi tersebut menyusul yang diterima PT Tirta Investama – Pabrik Klaten (AQUA Klaten) pada 2 bulan sebelumnya.
Apresiasi tersebut diberikan kepada Klaten karena kolaborasi aktif dalam mengembangkan lingkungan kondusif dan kesempatan yang sama pada disabilitas untuk mendapatkan akses yang sama sebagai Warga Negara Indonesia.