Dari Hati ke Bilik Suara: Doa Memilih Pemimpin yang Peduli Rakyat

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 25 November 2024 | 17:27 WIB
Dari Hati ke Bilik Suara: Doa Memilih Pemimpin yang Peduli Rakyat
Ilustrasi kumpulan doa memilih pemimpin (Photo by Madrosah Sunnah on Unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Yang berarti, ‘Ya Allah, ya Tuhan kami Yang Maha Penyelamat dan Pemberi aman, berikanlah keselamatan dan keamanan kepada kami dan bangsa Indonesia serta para pemimpin kami. Ya Allah, ya Tuhan kami Yang Maha Pengatur, atas belas kasihan-Mu lah kami mengharap pertolongan.’

Hukum Golput atau Tidak Memilih Pemimpin Menurut Islam

Para ulama memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi golput saat pemilu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara resmi mengeluarkan fatwa golput dalam Pemilu 2024 haram.

Ketua Bidang Dakwah MUI, KH Cholil Nafis juga pernah berkicau di Twitter pribadinya dan menyatakan bahwa golput dalam pemilu adalah haram. Aturan ini diharapkan dapat mendongkrak partisipasi masyarakat dalam mengikuti Pesta Demokrasi 2024.

Fatwa itu menegaskan bahwa memilih pemimpin dalam Islam dinilai sebagai kewajiban demi menegakkan kepemimpinan dan pemerintahan di dalam kehidupan bersama. Cholil Nafis menambahkan bahwa masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih akan dinilai tidak bertanggung jawab terhadap arah bangsa ke depannya.

Di lain sisi, Muhammadiyah tidak bersepakat dengan MUI yang mengharamkan golput. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyatakan hukum golput dalam pemilu adalah makruh.

Namun, mengajak orang golput hukumnya haram. Sikap ini diambil karena Muhammadiyah tidak berpihak pada satu golongan politik manapun menyongsong Pemilu 2024.

Kendati demikian, Mu’ti mengajak para warga Muhammadiyah untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Bahkan mendorong kader-kader yang potensial untuk terjun menjadi politisi dan berpartisipasi sebagai calon legislatif.

“Ini supaya Muhammadiyah tidak terlalu banyak bicara politik. Biarlah politisi yang bicara politik. Karena kalau kami bicara politik, maka maa al-farqu baina (apa bedanya) kiai dengan politisi?” terang Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.

Baca Juga: Selain Kudu Netral, Kapolda Metro Jaya Larang Anak Buahnya Tidur di Posko Paslon saat Jaga TPS 27 November

Kontributor : I Made Rendika Ardian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI