Suara.com - Kisah Nabi Yunus AS adalah salah satu cerita penuh hikmah dalam Islam.
Beliau diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada penduduk Ninawa (kini bagian dari Irak).
Namun, mereka menolak ajaran Nabi Yunus dan tetap dalam kesesatan.
Merasa putus asa, Nabi Yunus pergi meninggalkan kaumnya tanpa menunggu perintah Allah.
Dalam perjalanan, Nabi Yunus menaiki kapal bersama beberapa orang lainnya.
Saat kapal menghadapi badai besar, awak kapal merasa harus mengurangi beban dan mengundi siapa yang harus dilempar ke laut.
Nama Nabi Yunus keluar dalam undian tersebut, hingga akhirnya beliau dilempar ke laut dan langsung ditelan oleh ikan besar—yang dalam banyak tafsir disebut paus atau ikan nun.
Di dalam perut ikan, Nabi Yunus sadar bahwa ia telah bersalah meninggalkan kaumnya tanpa izin Allah.
Dalam kegelapan lautan dan perut ikan, ia berdoa dengan penuh kesungguhan:
Baca Juga: Sejarah dan Doa Nabi Muhammad Setelah Salat Tahajud
لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)
Allah SWT menerima taubat Nabi Yunus dan memerintahkan ikan tersebut untuk memuntahkannya ke daratan.
Dalam keadaan lemah, Allah menumbuhkan pohon labu untuk memberikan naungan dan makanan bagi Nabi Yunus.
Setelah pulih, beliau kembali ke kaumnya, dan kali ini mereka menerima ajarannya serta bertobat kepada Allah.
Hikmah Kisah Nabi Yunus
1. Kesabaran dalam berdakwah – Nabi Yunus awalnya tergesa-gesa meninggalkan kaumnya, tetapi akhirnya belajar untuk tetap bersabar dalam mengajak mereka kepada kebaikan.
2. Bertaubat dan memohon ampun kepada Allah – Doa Nabi Yunus menjadi salah satu doa mustajab dalam Islam.
3. Kepercayaan penuh kepada Allah – Meskipun dalam kegelapan perut ikan, Nabi Yunus tetap beriman bahwa Allah akan menolongnya.
Kisah ini mengajarkan bahwa setiap manusia bisa melakukan kesalahan, tetapi Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang benar-benar bertobat.
Doa Nabi Yunus ‘alaihissalam ini cukup populer di kalangan masyarakat.
Berikut adalah bunyi doa tersebut: لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
Lâ ilâha illâ anta sub-ḫânaka innî kuntu minadh-dhâlimîn
Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim”
Sebagaimana diketahui, doa tersebut termaktub dalam Al-Qur’an, tepatnya pada Surat Al-Anbiya’ ayat ke 87
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Wa dzan-nûni idz dzahaba mughâdliban fa dhanna al lan naqdira ‘alaihi fa nâdâ fidh-dhulumâti al lâ ilâha illâ anta sub-ḫânaka innî kuntu minadh-dhâlimîn
Artinya:
“(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.” (QS Al-Anbiya: 87)