Suara.com - Sebuah legenda abad pertengahan tentang harta karun seorang uskup kaya raya yang meninggal lalu dirampok oleh bajak laut berjulukan "Si Kentut Api" ternyata bukan isapan jempol belaka.
Baru-baru ini sebuah buku membeberkan fakta tentang kisah itu setelah mempelajari dokumen-dokumen tua berbahasa Latin dari Vatikan.
Kisah yang mirip cerita-cerita di film-film Hollywood itu ditulis kembali dalam buku "The Spoils of the Pope and the Pirates, 1357: The Complete Legal Dossier from the Vatican Archives" (The Ames Foundation, 2014).
Buku itu disunting oleh Daniel Williman, profesor emeritus pada Universitas Binghamton, Amerika Serikat dan Karen Ann Corsano, seorang ilmuwan swasta.
Harta karun mendiang uskup
Pada bulan-bulan awal 1357, kapal Sao Vicente mengangkat jangkar dari Lisboa (kini Lisabon, ibu kota Portugal modern), berlayar menuju Avignon, Prancis. Kapal itu membawa harta milik seorang uskup yang baru saja meninggal.
Kargo kapal itu berisi emas, perak, cincin, permadani, permata, dan bahkan altar-altar portable. Harta itu sebelumnya dimiliki oleh Thibaud de Castillon, seorang uskup di Lisboa yang baru saja wafat.
Menurut Williman dan Corsano, harta itu diperoleh De Castillon saat sedang menjabat sebagai uskup.
"Ia memimpin dan mengeksploitasi jabatannya melalui seorang vikaris jenderal selama tiga tahun, sambil membina kerja sama komersial dengan dua pedagang penting di Montpellier, Peire Laugautru dan Guilhem Parayre," tulis Williman dan Corsano.
Bersama kedua pedagang itu mereka menjalankan kerja sama, termasuk membeli komoditas seperti wol dengan harapan bahwa nilai barang-barang itu akan naik di masa depan.
De Castillon dimungkinkan untuk menimbun kekayaan karena tidak semua pastor dan pejabat gereja diwajibkan mengucapkan kaul kemiskinan. Tetapi oleh gereja praktiknya itu dicap sebagai dosa.
"Praktik lintah darat adalah dosa dan mengambil untung dan investasi perdagangan komoditas dinilai sebagai praktik lintah darat," jelas kedua penulis.
Tapi De Castillon tidak hilang akal. Ia mengelabui gereja dengan mengatakan bahwa harta dan kekayaanya adalah milik agen-agennya, Laugautru dan Parayre.
Kepausan, di sisi lain, justru punya pandangan sendiri. Ia memang ditempatkan di Portugal, pada masa itu, karena punya pengalaman perdaganan yang mumpuni di Atlantik dan Mediterania.
Dan ketika De Castillon meninggal, Camera Apostolica (organisasi yang bertanggung jawab atas keuangan kepausan), merampas semua hartanya kekayaannya.