Kilas Balik Erupsi Gunung Merapi, Begini Kejadiannya

Sabtu, 02 Juni 2018 | 15:12 WIB
Kilas Balik Erupsi Gunung Merapi, Begini Kejadiannya
Material vulkanis hasil letusan Gunung Merapi, pada Jumat (1/6) terlihat dari Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah. [Antara/Mohammad Ayudha]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gunung Merapi terbentuk karena aktivitas di Zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia, sehingga menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa.

Letusan-letusan kecil terjadi setiap dua - tiga tahun dan yang lebih besar sekitar 10 - 15 tahun sekali.

Dari sekian banyak letusan, yang paling terkenal adalah erupsi pada tahun 2006, 2010, dan yang terjadi saat ini, 2018.

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini adalah penyebab terjadinya letusan Gunung Merapi:

1. Peningkatan kegempaan vulkanik dan terjadinya deformasi badan gunung

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Meningkatnya frekuensi gempa bumi yang mana dalam sehari bisa terjadi beberapa kali gempa tremor.

Sementara terjadinya deformasi badan gunung disebabkan oleh peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga menyebabkan perubahan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi bagian dalam seperti dapur magma yang volumenya mengecil atau bisa juga saluran yang menghubungkan kawah dengan dapur magma menjadi tersumbat akibat deformasi batuan penyusun gunung.

Pada tingkat ini, pemerintah daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.

Tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus, lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas di mana volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik yang artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

Baca Juga: Hukuman 5 Tahun Bagi Peretas Yahoo

Disusul tanggal 1 Juni, hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat. Lalu tanggal 8 Juni 2006 silam, Gunung Merapi meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.

2. Lempeng-lempeng bumi yang saling berdesakan dan suhu kawah yang meningkat secara signifikan

Hal ini menyebabkan tekanan besar menekan dan mendorong permukaan bumi sehingga menimbulkan berbagai gejala tektonik, vulkanik, dan meningkatkan aktivitas geologi gunung.

Seorang warga menyiram jalan raya yang tertutup abu vulkanis Gunung Merapi di Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/6). [Antara/Anis Efizudin]

Foto:  Seorang warga menyiram jalan raya yang tertutup abu vulkanis Gunung Merapi di Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/6) [Antara/Anis Efizudin]

Seperti yang terjadi pada erupsi Gunung Merapi tahun 2010 di mana pada bulan September BPPTK Yogyakarta meningkatkan status gunung dari normal aktif menjadi waspada. Pada saat itu Gunung Merapi menunjukkan aktivitas yang semakin meningkat dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik.

Sementara itu sebagai tanda bahwa magma telah naik dan mencapai lapisan kawah paling bawah sehingga secara langsung akan mempengaruhi suhu kawah secara keseluruhan.

Naiknya magma ini bisa disebabkan oleh pergerakan tektonik pada lapisan bumi di bawah gunung dan pada akhirnya membuat magma terdorong ke atas. Erupsi pertama pada tahun 2010 terjadi pada 26 Oktober, sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan.

Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas. Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tak teratur.

Mulai 28 Oktober 2010, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas. Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.

3. Akibat tekanan yang sangat tinggi

Beberapa penyebab yang dijelaskan sebelumnya mendorong cairan magma untuk bergerak ke atas masuk ke saluran kawah dan keluar. Jika sepanjang proses magma menyusuri saluran kawah terdapat sumbatan, bisa menimbulkan ledakan yang dikenal dengan letusan gunung berapi.

Gunung Merapi kembali meletus, Jumat (1/6/2018) pagi. (Foto: Dokumen BNPB)

Foto: Gunung Merapi kembali meletus, Jumat (1/6/2018) pagi [Foto: BNPB]

Semakin besar tekanan dan volume magmanya maka semakin kuat ledakan yang akan terjadi.

Hal yang terjadi pada erupsi Gunung Merapi 2010, sejak 3 November terjadi peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas. Erupsi eksplosif berupa letusan besar pada 4 November silam menghasilkan kolom awam setinggi 4 km dan semburan awan panas ke barbagai arah di kaki Merapi.

Tak hanya itu, adanya aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi.

Setelah terjadi letusan pada Mei 2018 lalu, kini Merapi kembali meletus. Pada Jumat, 1 Juni sekitar pukul 08.20 WIB terjadi erupsi Gunung Merapi selama sekitar dua menit dengan ketinggian kolom asap sekitar 6.000 meter dari puncak Merapi dan mengakibatkan hujan abu di kawasan utara serta barat daya puncak Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang dan Magelang.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) menjelaskan letusan Merapi akhir-akhir ini sebagai gas yang dilepaskan dari magma, sedangkan magma belum bergerak ke atas.

Gunung Merapi mengalami letusan kedua pada Jumat pukul 20.24 WIB dengan material yang keluar membentuk kolom asap mencapai ketinggian sekitar 2.500 meter dari puncak gunung berapi tersebut. Lalu terjadi letusan ketiga pada pukul 21.00 WIB dengan kolom letusan tegak 1.000 meter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI