Akhirnya, pembangunan ibu kota baru yang bakal berdampak pada semua sektor terutama ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, politik, dan lain-lain seyogyanya telah mempertimbangkan megatrends ini. Pertimbangan ini tentu merujuk pada ibu kota dengan konsep kota cerdas (smart city), berkelanjutan, berbudaya, mobilitas, konektivitas, beradaptasi dengan kompleksitas, aman dan dinamis.
********
Wayan Suparta adalah dosen di Program Studi Informatika, Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), Tangerang Selatan, Banten sejak 6 Februari 2019 hingga sekarang.
Sebelumnya beliau adalah dosen di Prodi Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (Februari 2018 - Juli 2018). Adjunct Professor di Prodi Teknik Sipil, Universitas Teknologi Yogyakarta (September 2017 - Januari 2018).
Sebelum pulang ke Indonesia, beliau bekerja di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) sebagai dosen dan peneliti dengan jabatan mulai dari Senior Lecturer sampai Associate Professor dari Juli 2008 hingga April 2017 dan karirnya diawali sebagai Post Doctoral Fellow (2007-2008).
Sempat dipromosikan sebagai profesor penuh de facto di UKM (April - Juni 2017), namun karena universitas mengalami masalah keuangan, akhirnya beliau mengundurkan diri pada 16 Juni 2017.
Sewaktu di Malaysia, dia juga tercatat sebagai staf pengajar tidak tetap di Program Doctor of Computer Science (DCS), Universitas Bina Nusantara (BINUS) Jakarta. Karir awalnya dimulai sebagai Guru Fisika, Elektronika, dan Komputer di SMAK Cor Jesu Malang (1994-1997), dan guru Fisika dan Elektronika di SMAK Santo Aloysius Bandung (1997-2000). Kemudian menjadi Dosen Teknik Elektro di College Legenda Group, Malaysia (2000 - 2004) sebelum ke UKM.
Sementara riset yang digeluti sejak 2003 adalah Teknologi GPS/GNSS, Remote Sensing, Smart Systems, Aplikasi Artificial Neural Network dan Data Mining.