Suara.com - Amerika Serikat (AS) masih berkutat dengan koneksi cepat 5G, sementara China diam-diam meluncurkan satelit uji 6G pertama di dunia ke luar angkasa.
Satelit yang disebut Star Era-12 itu memiliki pita frekuensi yang sangat tinggi sehingga harus diuji di luar angkasa sehingga sinyalnya tidak akan hilang semudah di udara.
Thyagarajan Nandagopal dari National Science Foundation, seberapa cepat pita tersebut tidak diketahui, tetapi Nandagopal memperkirakan kisaran 100-500 Ghz atau 100 kali lebih cepat dari 5G.
Menurut Profesor Tommaso Melodia, yang mengepalai Northeastern University’s Institute untuk Wireless Internet of Things, konektivitas 6G tersebut akan mendukung banyak hal, mulai dari komunikasi, telemedicine, hingga keamanan nasional.

Tak hanya itu, seiring dengan teknologi yang akan datang, banyak produk dan layanan yang akan mengalirkan miliaran dolar ke dalam ekonomi global, sama seperti 5G yang dibawa Uber, Instacart, dan Netflix.
Sebagai contoh pengimplementasian, jika Apple meluncurkan iPhone 6G, maka ponsel itu akan mampu mengunduh film resolusi tinggi dalam 8 detik dan 1.500 foto resolusi tinggi dalam waktu kurang dari satu menit.
Seorang ahli bedah di New York pun dapat menggunakan teknologi robotik, untuk mengoperasi pasien di California dan penggunaan robot di medan perang untuk mencari tentara yang terluka.
Melodia merasa Amerika Serikat tidak terlambat dalam perlombaan teknologi, tetapi menurutnya orang Amerika perlu mengingat betapa pentingnya penelitian komunikasi.
"Kami bersemangat dengan hal-hal lain seperti kecerdasan buatan dan kemajuan perangkat lunak seperti Cloud. Kami menganggap nirkabel sebagai sesuatu yang diberikan dan sekarang lebih menyadari karena pandemi, seluruh ekonomi kami bergantung pada penelitian komunikasi," kata Melodia, seperti dikutip New York Post, Senin (16/11/2020).
Baca Juga: Agresif Kembangkan Jaringan 5G, China Bangun 700.000 BTS
Menurut pakar urusan global NYU, Pano Yannakogeorgos, China mungkin belum menjadi pemenang dari permainan 6G, tetapi jelas sedang dalam perang PR. Peluncuran satelit tersebut memperjelas bahwa China ingin menjadi pelopor 6G, seperti halnya untuk 5G.