Dari uji diagnostik ini tim peneliti menyusun prosedur operasi standar penggunaan GeNose C19. Dari tahap ini, tim memperoleh data mengenai kinerja metode GeNose C19: sensitivitas mencapai 89%-92%, spesifisitas 95%-96% dan akurasi 93%-94%.
Dalam konteks sensitivitas 89-92% maksudnya dari 100 orang yang terdeteksi negatif COVID-19 dengan GeNose C19, kemungkinan terdapat 8-11 orang terdeteksi positif dengan baku diagnostik RT-PCR. Ini disebut juga negatif palsu.
Spesifisitas 95-96% maksudnya dari 100 orang yang terdeteksi positif COVID-19 dengan GeNose C19, mungkin terdapat 4-5 orang terdeteksi negatif dengan baku diagnostik RT-PCR. Ini disebut juga positif palsu.
Level akurasi diperoleh dari gabungan perhitungan sensitivitas dan spesifisitas.
![Tabel perbandingan akurasi, kecepatan, dan harga tes Covid-19 menggunakan Genose, Tes PCR, dan Antigen. [Dok The Conversation]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/02/18/41269-tabel-perbandingan-genose-tes-pcr-dan-antigen.jpg)
Dari tabel di atas terlihat bahwa GeNose C19 memiliki nilai sensitivitas yang memenuhi standar WHO di atas 80% dan sebanding dengan RT-PCR dan tes cepat antigen.
Namun demikian, perlu diakui bahwa nilai spesifisitas GeNose C19 masih sedikit di bawah 97% yang direkomendasikan WHO. Ada perdebatan di kalangan ahli mengenai mana yang perlu diprioritaskan dalam situasi pandemi, nilai sensitivitas atau spesifisitas.
Nilai sensitivitas yang rendah akan membuat terlalu banyak kasus terluput dari pendeteksian sehingga gagal diisolasi dan menulari orang lain. Nilai spesifisitas yang rendah akan membuat fasilitas kesehatan dan fasilitas karantina kewalahan menampung kasus-kasus positif yang membengkak.
Untuk meningkatkan pelacakan virus, pada 24 Desember 2020 Kementerian Kesehatan mengeluarkan izin edar alat ini dan sejak bulan lalu diproduksi massal. Hingga akhir Februari ini, alat ini akan diproduksi 3000 unit.
Kelebihan lain versus keterbatasan
Baca Juga: Kubu Raya Kalbar Pakai GeNose untuk Deteksi COVID-19 di Kecamatan
Sebenarnya, tidak satupun dari tes RT-PCR dan tes cepat antigen yang memiliki akurasi sempurna 100%.
Sebuah riset menyatakan PCR baru dapat mendeteksi virus corona di tubuh pada hari ke-4 atau 5. Sementara dari uji diagnostik, GeNose C19 mampu mendeteksi kasus positif pasien tanpa gejala pada hari kedua paparan virus.
Metode aplikasi GeNose C19 tidak memerlukan penanganan sampel yang rumit serta proses pengerjaan yang panjang seperti pada RT-PCR. Karakteristik ini memudahkan aplikasi GeNose untuk dilakukan berulang-ulang pada populasi masyarakat umum, seperti di stasiun kereta api, bandara, perkantoran, sekolah dan tempat lain.
Satu-satunya keterbatasan dalam screening GeNose C19 adalah mesin ini kurang akurat mendeteksi pola gas (senyawa organik) dari mulut jika 30 menit sebelum pengambil sampel orang yang diambil napasnya makan durian, petai, jengkol, bawah putih, teh, kopi dan alkohol.
Untuk mencegah hal ini, peneliti menerapkan protokol puasa 30 menit hingga 1 jam sebelum sampel napas diambil.
Jadi, GeNose C19 dengan biaya murah dan prosesnya cepat dapat membantu melipatgandakan jumlah pendeteksi COVID-19 tahap awal sebelum pengetesan melalui PCR di negeri ini.