Di sisi lain, bayi cumi-cumi bobtail yang juga dikirim ke ISS memiliki panjang 3 milimeter dan memiliki organ khusus penghasil cahaya di dalam tubuhnya.
Para peneliti berharap, dapat menyelidiki hubungan simbiosis antara bakteri yang membuat cumi-cumi bercahaya dengan cumi-cumi itu sendiri untuk melihat bagaimana mikroba berinteraksi dengan jaringan hewan di luar angkasa.
"Hewan, termasuk manusia, bergantung pada mikroba untuk menjaga pencernaan yang sehat dan sistem kekebalan," ucap Jamie Foster, ahli mikrobiologi di University of Florida, dikutip dari Live Science, Minggu (30/5/2021).
Cumi-cumi itu lahir tanpa bakteri, kemudian hewan itu mendapat bakteri dari laut di sekitarnya, sehingga para ahli berencana menambahkan bakteri ke cumi-cumi setelah hewan itu tiba di ISS.
Dengan cara ini, peneliti dapat mengamati cumi-cumi yang bersimbiosis dengan bakteri.
![Stasiun luar angkasa. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/10/23/93853-stasiun-luar-angkasa.jpg)
Tim ahli akan mempelajari molekul yang dihasilkan selama proses tersebut dan menentukan gen mana yang dihidupkan dan dimatikan cumi-cumi.
Mengetahui hal ini dapat membantu manusia menjaga usus dan mikrobioma sistem kekebalan dengan lebih baik dalam perjalanan luar angkasa jarak jauh.