Kabel ini dilengkapi dengan repeater untuk meningkatkan sinyal optik, dengan jarak sekitar 50-150 km.

Repeater ini rentan terhadap arus geomagnetik dan seluruh kabel bisa tidak berfungsi jika satu repeater offline.
Jika banyak kabel bawah laut yang terdampak, maka seluruh benua dapat terputus satu sama lain.
Terlebih negara-negara di garis lintang tinggi seperti Amerika dan Inggris yang jauh lebih rentan terhadap cuaca Matahari.
Jika terjadi badai geomagnetik yang dahsyat, negara-negara yang berada di garis lintang tinggi kemungkinan besar akan terputus jaringan terlebih dahulu.
Menurut para ahli, sulit memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki infrastruktur bawah laut.
Tapi Abdu Jyothi menunjukkan bahwa pemadaman internet skala besar yang berlangsung beberapa minggu atau bulan terakhir mungkin terjadi.
Dilansir dari Live Science, Selasa (7/9/2021), di sisi lain jutaan orang juga bisa kehilangan mata pencaharian jika jaringan tidak berfungsi selama berbulan-bulan.
Tim ilmuwan menambahkan bahwa operator jaringan harus mulai menganggap serius ancaman cuaca Matahari yang ekstrem karena infrastruktur internet global terus berkembang.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Patung Berhala Mati Berusia 1.600 Tahun
![Siklus Badai Matahari. [NASA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/04/07/56686-siklus-badai-matahari.jpg)
Abdu Jyothi menyarankan untuk meletakkan lebih banyak kabel di garis lintang yang lebih rendah dan mengembangkan tes ketahanan yang berfokus pada efek kegagalan jaringan skala besar.