Letusan-letusan kecil terjadi setiap 2-3 tahun, sementara yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan gunung Merapi yang dampaknya besar tercatat pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi oleh abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.
Kemudian letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan era modern geologi dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Sementara itu, letusan besar 2010 diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama.
Letusan Terbesar Gunung Merapi
Di antara sejumlah letusan yang terjadi pada masa modern (abad 19 hingga 21), erupsi eksplosif Gunung Merapi pada tahun 1872 dan 2010 merupakan yang terbesar.
Data dalam Buku Data Bencana Indonesia 2018, terbitan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa letusan Gunung Merapi pada 15 April 1872 dan 26 Oktober 2010 berada di skala 4 VEI (Volcanic Explosivity Index), yang artinya bahwa letusan pada 1872 dan 2010 cukup besar.
Perlu diketahui, indeks VEI merupakan sebuah skala untuk mengukur kekuatan dan besaran letusan gunung api. Skala tersebut diukur dari 1 hingga 8 VEI, di mana semakin besar angka skala VEI, maka artinya bertambah besar pula letusannya.
Erupsi Merapi pada 2010 yang lalu bersifat eksplosif membentuk kolom letusan setinggi 10 kilometer dari puncak. Sedangkan awan panas atau aliran piroklastik yang utama menuju ke arah Kali Gendol, hingga sejauh 15 kilometer dari puncak.
Menurut Subandriyo (dalam Sejarah Erupsi Gunung Merapi dan Dampaknya terhadap Kawasan Borobudur), apabila dilihat dari kronologinya, erupsi Merapi pada 2010 yang lalu memang mirip dengan letusan yang terjadi pada 1872 silam.
Itulah sedikit ulasan mengenai sejarah letusan Gunung Merapi. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Sumber Perekonomian Luluh Lantak Akibat Erupsi Semeru, Hori Pilih Jadi Relawan Bencana
Kontributor : Rishna Maulina Pratama