Untuk studi terbaru, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, para peneliti Cambridge merekrut empat sukarelawan untuk mencoba tujuh peretasan topeng yang berbeda.
Metode lain termasuk mengikat pita telinga untuk membuat masker lebih pas, atau mengisi celah dengan perban.
Sebagaimana melansir laman Daily Mail, Selasa (8/2/2022), studi ini mengamati masker bedah dan KN95.
Saat mengenakan setiap kombinasi topeng dan retasan, peserta melakukan tujuh menit berbagai latihan yang dirancang untuk meniru interaksi dunia nyata.
Ini termasuk berbicara, memutar kepala ke samping, membungkuk, tersenyum, mengangguk, dan bernapas dengan normal dan berat.
Para peneliti mengukur seberapa cocok masker dengan memantau efisiensi penyaringan dan menghitung skor 'faktor kecocokan'.
![Ilustrasi Stoking. [Jarmoluk/Pixabay]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/02/08/47608-stoking.jpg)
Hasilnya menunjukkan masker yang lebih pas memiliki celah lebih sedikit antara wajah seseorang dan tepi masker, memastikan udara yang dihirup tersaring melalui masker.
Pantyhose dan selotip kain paling efektif dalam meningkatkan kesesuaian masker KN95, masing-masing meningkatkan faktor kecocokan sebesar 27,7 dan 14,7.
Sementara itu, penggunaan kain kasa untuk menutup celah antara wajah dan masker KN95 hanya menawarkan 'peningkatan kecil' sebesar 2,7.
Baca Juga: 4 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Mengambil dan Mengerjakan Skripsi, Mahasiswa Wajib Tahu!
Dan menggunakan kain kasa di atas penutup KN95 hampir tidak meningkatkan kecocokan (1.6).