Edvin memperkirakan cuaca ekstrem bisa berlangsung hingga Mei mendatang, seiring dimulainya musim kemarau.
“Akhir Mei kejadiannya akan turun,” tutur dia.
Perubahan iklim tetap harus diwaspadai
Meski cuaca menjadi ekstrem karena pancaroba, masyarakat perlu mewaspadai kejadian yang sama di masa depan. Koordinator Bidang Analis Perubahan Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kadarsah, memprediksi cuaca ekstrem akan lebih sering terjadi tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.
“Menurut penelitian kami itu akan makin sering terjadi peristiwa ekstrem. Ada berbagai macam,” ungkap Kadarsah dalam perberbincangan bersama The Conversation melalui podcast SuarAkademia.
Tak hanya kejadian yang lebih sering, intensitasnya pun bisa lebih besar. Kadarsah mengibaratkan intensitas cuaca dengan aktivitas menuang air dari bejana selama lima menit – air akan keluar lebih banyak dan tumpah dengan cepat.
“Sedangkan kalau (cuaca) normal kita menuangkan airnya (selama) satu jam, keluarnya sedikit-sedikit,” ujar dia.
Artikel ini sebelumnya tayang di The Conversation.
Baca Juga: Korban Angin Puting Beliung di Nagrak Utara Sukabumi Butuh Material Bangunan