Harta Karun Papua : Penemuan 7 Spesies Baru Lobster Air Tawar Ungkap Pusat Evolusi Baru

Muhammad Yunus Suara.Com
Minggu, 22 Juni 2025 | 09:30 WIB
Harta Karun Papua : Penemuan 7 Spesies Baru Lobster Air Tawar Ungkap Pusat Evolusi Baru
Ilustrasi: Pekerja memperlihatkan lobster di Morotai, Maluku Utara, Selasa (8/10/2019). Tim peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menemukan tujuh spesies baru lobster air tawar di wilayah Papua Barat [Suara.com/ANTARA]

Suara.com - Tim peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menemukan tujuh spesies baru lobster air tawar di wilayah Papua Barat.

Sebagaimana keterangan resmi di Yogyakarta, hasil eksplorasi biodiversitas itu dipublikasikan bersama peneliti independen dari Jerman serta lembaga riset di Berlin dalam jurnal internasional Quartil 2 Arthropoda pada 6 Juni 2025.

"Papua adalah hotspot keanekaragaman hayati yang masih menyimpan banyak misteri. Penemuan ini hanya sebagian kecil dari potensi luar biasa yang belum tereksplorasi," kata Dr. Rury Eprilurahman, dosen Fakultas Biologi UGM yang menjadi salah satu penulis dalam publikasi ilmiah tersebut, Sabtu 21 Juni 2025.

Ketujuh spesies baru yang diidentifikasi yakni Cherax veritas, Cherax arguni, Cherax kaimana, Cherax nigli, Cherax bomberai, Cherax farhadii, dan Cherax doberai.

Spesimen tersebut ditemukan di sejumlah lokasi terpencil di Misool, Kaimana, Fakfak, dan Teluk Bintuni yang dikenal memiliki ekosistem air tawar yang masih alami dan minim aktivitas manusia.

Proses identifikasi dilakukan dengan pendekatan integratif, menggabungkan karakter morfologis dan filogeni molekuler menggunakan gen mitokondria 16S dan COI.

"Kami tidak hanya melihat bentuk tubuh dan warna, tetapi juga membandingkan DNA-nya untuk memastikan bahwa ini benar-benar spesies yang berbeda," ujar Rury.

Menariknya, sebagian besar spesimen yang diteliti awalnya muncul di pasar internasional akuarium hias dengan nama dagang seperti Cherax sp., Red Cheek, Amethyst, dan Peacock.

Rury menilai hal ini menunjukkan bahwa perdagangan spesies eksotik juga dapat menjadi pintu masuk eksplorasi ilmiah jika dikelola secara etis dan kolaboratif.

Baca Juga: Bentuk Map Ijazah UGM Jokowi Dinilai Janggal, Dokter Tifa: Seharusnya Horizontal

"Komunitas pecinta lobster hias justru sering menjadi sumber awal informasi kami, yang kemudian kami tindak lanjuti dengan riset sistematis," ucapnya.

Hasil analisis genetik menunjukkan bahwa ketujuh spesies tersebut masuk dalam kelompok northern lineage genus Cherax, yang sebelumnya hanya mencakup 28 spesies dan kini bertambah menjadi 35.

Klasifikasi tersebut penting karena menegaskan Papua Barat sebagai pusat evolusi kelompok ini, yang berbeda dari spesies-serumpun di Australia atau Papua Nugini.

Setiap spesies memiliki ciri khas tersendiri, baik dari warna tubuh, bentuk capit (chelae), maupun struktur rostrumnya. Misalnya, Cherax arguni memiliki tubuh biru gelap dengan belang krem dan capit berpatch putih transparan.

Analisis molekuler menunjukkan kerabat terdekatnya adalah Cherax bomberai, dengan jarak genetik yang cukup signifikan untuk diklasifikasikan sebagai spesies tersendiri.

Rury menjelaskan penentuan spesies dilakukan menggunakan metode Bayesian dan Maximum Likelihood berbasis data DNA mitokondria.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI