Dampak Pengelolaan E-Waste Bagi Ekonomi Sirkular

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 09 Juni 2022 | 10:59 WIB
Dampak Pengelolaan E-Waste Bagi Ekonomi Sirkular
Ilustrasi elektronik. [Envato]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gaya hidup masyarakat kian lekat dengan perangkat digital dan akses virtual.

Pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi langsung di masyarakat, menambah tinggi intensitas kegiatan virtual dengan menggunakan gawai.

Praktik industri dan masyarakat yang tinggi, berdampak pada peningkatan timbulan limbah elektronik (e-waste) dan terbuangnya sumber daya elektronik tanpa ada kesempatan untuk diolah kembali.

Pada 2021, masyarakat dunia diperkirakan telah membuang e-waste sebesar 57,4 juta ton, yang melebihi berat total dari Tembok Raksasa China.

Salah satu solusi dari pengelolaan e-waste adalah melalui penerapan ekonomi sirkular dengan pengelolaan produk yang baik dan optimalisasi masa pakai produk.

Kedua cara ini dapat meningkatkan penggunaan sumber daya alat elektronik yang lebih efisien dan mengurangi jumlah timbulan e-waste yang berdampak negatif pada lingkungan.

Ilustrasi aksesoris produk elektronik dari China (pexels.com/@punchbrandstock)
Ilustrasi aksesoris produk elektronik. (pexels.com/@punchbrandstock)

Untuk itu, diperlukan perubahan paradigma ekonomi dari linear (ambil-pakai-buang) menjadi sirkular yang manfaatnya lebih panjang.

Sepanjang 2021, jumlah timbulan e-waste di Indonesia mencapai 2 juta ton.

Jumlah timbulan ini diproyeksikan akan semakin meningkat dengan semakin pendeknya usia barang elektronik yang akan membuat timbulan e-waste semakin besar di masa depan .

Baca Juga: AFPI Gandeng TekenAja! untuk Penyediaan Tanda Tangan Elektronik

Timbulan e-waste dapat menimbulkan masalah berupa paparan racun pada tanah dan air, yang berpotensi membahayakan rantai makanan dan berujung pada gangguan kesehatan manusia.

Bappenas dengan didukung UNDP dan Pemerintah Denmark telah meluncurkan Laporan “Manfaat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Ekonomi Sirkular di Indonesia”, menunjukan bahwa sektor Elektronik sebagai salah satu sektor prioritas dalam penerapan ekonomi sirkular.

Penerapan Ekonomi sirkular yang lebih dari sekedar pengelolaan sampah, namun juga mencakup pengelolaan sumber daya alam pada kelima sektor prioritas (Elektronik, Makanan dan Minuman, Tekstil, Konstruksi, dan Retail yang berfokus pada kemasan plastik).

"Semua sektor ini berpotensi meningkatkan PDB pada kisaran Rp 593 triliun hingga Rp 638 triliun, menciptakan 4,4 juta lapangan pekerjaan, dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 126 juta ton CO2 ekuivalen pada tahun 2030,” ujar Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Arifin Rudiyanto.

Secara khusus di dalam studi tersebut juga diketahui bahwa penerapan ekonomi sirkular pada industri elektronik berpotensi meningkatkan PDB Rp12,2 triliun pada 2030.

Pada aspek lingkungan, penerapan ekonomi sirkular pada industri elektronik diprediksi dapat membantu Indonesia menghindari hampir 0,4 juta ton emisi CO2 dan menghemat 0,6 miliar meter kubik air pada 2030.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI