Zaman Now Nama Anak Semakin Ribet, Apa yang Terjadi?

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 09 Agustus 2022 | 07:05 WIB
Zaman Now Nama Anak Semakin Ribet, Apa yang Terjadi?
Dewasa ini nama anak dinilai semakin ribet, terpengaruh bahasa asing. Apa yang sebenarnya terjadi? Foto: Ilustrasi bayi [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Nama modern dapat meningkatkan kelas sosial

Dosen Ilmu Linguistik dari Universitas Diponegoro, Nurhayati, menyebutkan adanya fenomena negosiasi identitas dalam tren pemberian nama masa kini. Tujuannya adalah untuk menyembunyikan identitas kedaerahan dan menonjolkan identitas baru.

Menurutnya, bagi sebagian masyarakat, pemberian nama yang bercorak ‘global’ akan menunjukkan identitas yang berbeda – yaitu bukan lagi bagian dari masyarakat lokal pada umumnya. Ini bisa menjadi sarana bagi mereka untuk menaikkan status sosial.

Mereka sadar bahwa ke depannya, anak-anak mereka adalah bagian dari masyarakat dunia. Oleh karena itu, anak-anak tersebut harus dipersiapkan sedini mungkin dan dinaikkan status sosialnya melalui pemberian nama yang bercorak global. Dengan menggunakan nama-nama yang diambil dari kosakata bahasa asing, anak-anak mereka diharapkan memiliki identitas sebagai bagian dari kelas sosial yang lebih tinggi.

Responden dari penelitian yang pernah dilakukan Nurhayati pada tahun 2013 memaparkan bahwa nama merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menaikkan status sosial, selain pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Alasan-alasan inilah yang banyak diyakini oleh masyarakat yang hidup di era perubahan. Perkembangan dari masyarakat yang masih mengakui adanya strata sosial menuju masyarakat yang egaliter berpengaruh terhadap perubahan cara pandang mereka.

Nurhayati mengatakan bahwa mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah tidak mau lagi terkungkung oleh nama-nama lokal, tetapi ingin keluar dari kelas sosial mereka dan menyetarakan status sosial anak-anak mereka melalui pemberian nama.

Tidak hanya di Indonesia

Tren pergeseran pemberian nama sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia.

Jane Pilcher, Associate Professor bidang Sosiologi dari Nottingham Trent University, Inggris, menjelaskan betapa masyarakat zaman sekarang hidup dalam komunitas yang sangat beragam. Inilah yang membuat banyak orang tua memberikan nama yang ‘lintas budaya’. Kebanyakan pemberian nama merupakan preferensi pribadi orang tua, sama halnya dengan preferensi dan selera dalam musik dan gaya rambut.

Baca Juga: Ada Unsur India, Eza Gionino Ungkap Arti Nama Anak Ketiga

Di Eropa, menurut Jane, orang tua seringkali terinspirasi oleh budaya populer ketika menamai anak-anak mereka. Di Denmark, misalnya, nama Liam mulai populer sejak tahun 2000-an, tepatnya karena dipengaruhi oleh ketenaran Liam O'Connor, pembawa acara TV dan rapper terkenal asal Denmark.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI