"Beberapa sih mungkin awareness-nya sudah sampai ke mereka, tapi beberapa juga masih yang bingung 'Oh, ini itu game lokal,' mengiranya ini game fighting lain dari luar negeri. Tapi, kita juga kasih edukasi ke mereka."
Untuk lebih mengenalkan game Battle of Guardians kepada komunitas esport, Jane mengatakan saat ini berusaha memperbanyak turnamen. Bahkan untuk mengembangkan komunitasnya, Battle of Guardians telah memiliki kompetisi "game night" setiap pekannya pada Jumat malam dengan prize pool 50 dolar AS.
"Tahun depan kita akan masuk ke liga mahasiswa, liga pelajar, kita juga akan membuat turnamen dari segi regional sampai nanti ada champion league di nasional di tahun depan, jadi memang kita ada roadshow ke sana untuk game-nya sendiri," ujar Jane.
Saat ini game Battle of Guardians telah memiliki 42 karakter dan sepuluh jenis map yang bisa dimainkan. Namun, Jane mengungkapkan, game tersebut telah memiliki lebih dari 90 karakter dengan tiga skin yang berbeda, sehinga ada 270 pengalaman bermain yang dapat dicoba dalam Battle of Guardians.
Beberapa karakter tersebut terinspirasi dari cerita dan legenda lokal, di antaranya macan putih dari Prabu Siliwangi, Sofia dari Nyi Roro Kidul, dan Pangeran Angling Dharma.
Selain dari sisi in-game, Battle of Guardians juga berusaha untuk mengembangkan dari sisi story game agar komunitas merasa lebih erat dengan game yang dia mainkan.
"Kita sudah ada web comic, kita juga ada mini series, kita sudah keluar dua episode mini series bisa di YouTube-nya Battle of Guardians. Untuk web comic-nya kita ada di webtoon, jadi kita sudah rilis sekitar empat chapter, dan kita akan rilis setiap hari Jumat," kata Jane.
Battle of Guardians terbilang masih sangat muda di ranah esport. Game tersebut baru dikembangkan pada Januari tahun ini. Jane mengatakan pengembangan terus dilakukan, termasuk rencana untuk memasuki mobile.
Baca Juga: Sandi: Sayang, Game Lokal Hanya Raup 5 Persen dari Total 31,2 Triliun Industri
![Eizper Chain, salah satu game lokal yang dipamerkan di arena Indonesia Esports Summit 2022 di Bali pada Desember 2022. [Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/12/10/23811-eizper-chain.jpg)
Mencoba untuk mengikuti pendahulunya dalam ranah game esport lokal, Eizper Chain menawarkan sebuah game dengan menggabungkan block chain.
Head of Partnership Wiryanto Tjhie mengungkapkan bahwa game tersebut dibuat mengikuti tren pada awal 2020 ketika game block chain mulai ramai dimainkan.
Tren game block chain, menurut Wiryanto, berawal dari game Axie Infinity yang populer di Filipina karena banyak masyarakatnya yang terbantu kala pandemi COVID-19.
"Game block chain itu terlalu fokus ke konsep earning-nya, jadi tidak mengasyikkan untuk dimainkan. Makanya, kami coba buat game block chain yang punya earning concept tapi sekaligus asyik untuk dimainkan," kata Wiryanto.
Berbeda dari game kebanyakan yang berbabasis Web2, Wiryanto menjelaskan bahwa game block chain berbasis Web3.
"Perbedaan utama dengan game Web2, perbedaan utamanya di konsep blcok chain ada earning concept-nya jadi kita main game tapi kita bisa menghasilkan juga," ujar Wiryanto.